Hari Kesehatan Dunia, Cakupan Kesehatan Semesta untuk Siapa Saja dan Dimana Saja

FKM NEWS – Permasalahan di bidang kesehatan masih menjadi tugas rumah bagi bangsa Indonesia. Memperingati Hari Kesehatan Dunia pada Minggu (7/4/2019) yang bertema Universal Health Coverage: Everyone, Everywhere Dr. Rachmat Hargono, dr., M.S., M.PH, ketua unit kajian kesehatan masyarakat (Ukakes) Fakultas Kesehatan Masyarkat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR)  mengkritisi pola pikir dan gaya hidup masyarakat Indonesia. 

Menurut dosen yang akrab disapa Dr. Rachmat tersebut, sementara ini masyarakat masih berparadigma sakit. Mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit hanya ketika mereka sakit. Padahal dengan begitu maka masyarakat dan pemerintah harus menanggung beban yang sangat mahal.

“Pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif memerlukan peralatan yang canggih, sehingga cost untuk pelayanan tersebut cukup mahal,” ucap Dr. Rachmat.

Selain itu, pola penyakit juga sudah mulai bergeser seiring dengan bergesernya gaya hidup masyarakat. Jika dulu sebagian besar penyakit yang dialami oleh masyarakat Indonesia adalah penyakit infeksi, sekarang sudah bergeser ke penyakit degeneratif. Penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup masyarakat itu sendiri, yang seharusnya dapat dicegah.

“Disadari bahwa sekarang banyak penyakit yang muncul justru penyakit-penyakit yang bisa dicegah. Penyakit yang terkait dengan perilaku masyarakat itu sendiri,” ungkap Dr. Rachmat.

Namun karena masyarakat masih berorientasi pada upaya pengobatan, maka pemerintah juga harus mengimbangi. Sehingga pelayanan kesehatan masih diarahkan pada upaya kuratif dan rehabilitatif daripada upaya preventif dan promotif.

Masyarakat masih belum sadar bahwa mereka bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk upaya promotif dan preventif. Kegiatan yang mengarah pada peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit.

Contohnya, masyarakat bisa datang ke puskesmas tidak untuk berobat tapi untuk memeriksakan status kesehatannya. Sehingga, ketika ada hal-hal yang dicurigai nanti dapat memunculkan masalah kesehatan dapat dicegah sedini mungkin agar orang tersebut tidak menjadi sakit.

Untuk itu, menurut Dr. Rachmat, pemerintah Indonesia yang sudah bergeser ke paradigma sehat sejak tahun 2000 harus lebih gencar lagi dalam mengubah masyarakat agar berparadigma sehat dan bergaya hidup sehat. Salah satu program pemerintah yang dapat dioptimalkan untuk mewujudkan hal tersebut adalah program gerakan masyarakat sehat (GERMAS).

“Ketika masyarakat sudah berparadigma sehat, maka jumlah layanan kesehatan yang sifatnya kuratif dan rehabilitatif dapat ditekan. Sehingga, pemerintah juga akan lebih leluasa untuk memeratakan pelayanan kesehatan sampai ke pelosok-pelosok,” jelas Dr. Rachmat.

Tidak hanya pemerintah dan tenaga kesehatan saja yang harus bergerak. Mahasiswa dan civitas akademika UNAIR juga dapat ikut membantu mengubah paradigma masyarakat untuk tidak sakit.

Salah satunya adalah dengan melakukan perubahan dari diri sendiri. Yaitu dengan mencoba untuk hidup sehat, makan makanan yang bergizi seimbang serta lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif.  

“Kalau sudah bisa hidup sehat, maka mulai ajak orang terdekat untuk ikut bergaya hidup sehat hingga akhirnya bisa melakukan pengabdian masyarakat untuk bisa menjangkau masyarakat dan menularkan gaya hidup sehat,” jelas Dr. Rachmat.

Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Ilham Aksanu Ridlo
Ilustrasi oleh Galuh Mega Kurnia

Dilansir dari : http://news.unair.ac.id/2019/04/07/perubahan-gaya-hidup-dan-pola-penyakit-paradigma-masyarakat-harus-segera-berubah/