LADUNI Dipaparkan dalam Acara Rembuk Stunting di Probolinggo

FKM NEWS – Kabupaten Probolinggo telah menyelenggarakan acara Rembuk Stunting dengan berisikan pameran kegiatan dinas dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam penanggulangan stunting. Dalam acara yang diadakan pada Selasa (16/7/19) di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kabupaten Probolinggo tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) ikut berpartisipasi dengan memamerkan kegiatan Laduni (Layanan Terpadu Pranikah).

Pada acara tersebut, kepala Dinas Kesehatan Probolinggo melaporkan bahwa telah terjadi penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan dari tahun 2013 (49,5%). Meskipun demikian, prevalensi stunting saat ini pada tahun 2018 masih tergolong tinggi yakni 39,9%. Dengan acara Rembuk Stunting, diharapkan dapat  menanggulangi stunting secara maksimal.

Penandatangan MoU oleh Bupati Probolinggo dan Universitas Airlangga

Turut hadir dalam acara tersebut yakni, seluruh OPD; 24 kecamatan; 18 kepala desa lokus stunting; bidan desa dan unsur kesehatan; LSM (gain, muslimat, dll). Dalam acara tersebut juga terdapat beberapa kegiatan yaitu, penandatanganan komitmen penanggulanangan stunting oleh perangkat daerah; penandatanganan MoU pemberantasan stunting dengan Universitas Airlangga (diwakili oleh Prof. Ir. Moch Amin Alamsjah M.Si., Ph.D. selaku Wakil Rektor 3 UNAIR); penyerahan simbolis tablet multimikronutrient dari UNAIR bekerjasama dengan vitaminangels; seminar; serta dibuka langsung oleh Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari, S.E.

Puput dalam sambutannya menyampaikan bahwa, kasus stunting di Probolinggo masih tinggi, namun sudah terdapat tren penurunan yang cukup signifikan sejak tahun 2013 dibanding dengan kota lain sebesar 3,1% per tahun. Dalam instruksi presiden untuk menyatukan langkah memerangi stunting, acara Rembuk Stunting ini adalah cara yang tepat.

“Rembuk Stunting adalah komitmen awal untuk memulai intervensi stunting,” ujarnya.

Puput juga menyebutkan, peranan strategis dari camat dan kepala desa sangat diperlukan untuk menanggulangi stunting. Dikarenakan, fokus penanganan stunting adalah 1000 Hpk, namun tidak hanya berfokus pada hal itu saja tetapi juga mulai pada masa pranikah sebelum janin terbentuk.

“Konvergensi penanganan, dengan sasaran wanita yang akan menikah (calon pengantin, red),” ucapnya.

Permasalahan stunting tidak melulu karena kemiskinan. Pola asuh juga memiliki peranan penting. Maka dari itu, peranan universitas sangat strategis untuk mengedukasi masyarakat, contohnya melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang menerjunkan ratusan mahasiswa ke desa.

Instruksi presiden dan instruksi bupati probolinggo nomor 5 tahun 2018 telah mencanangkan penggunaan dana desa salah satunya dialokasikan untuk penanggulangan stunting. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Probolinggo berkomitmen tinggi untuk menyelesaikan kasus stunting yang tersisa.

“Pemerintah kab probolinggo berkomitmen tinggi untuk menyelesaikan 39% kasus stunting yang tersisa melalui berbagai program dan kerjasama lintas sektoral,” jelasnya.

Perlu diketahui bahwa dalam acara Rembuk Stunting juga mengadakan Seminar dengan beberapa pembicara yang berkompeten dalam bidangnya. Yakni, pembicara 1: Ditjen Bangda Bappenas, topik : penanggulangan stunting; pembicara 2: Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si (FKM UNAIR), topik: pencegahan stunting melalui Laduni (Layanan Terpadu Pranikah); dan GAIN, topik : peran emo-demo dalam penanggulangan stunting.

 

Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah
Editor : Ilham Akhsanu Ridlo