Pelatihan Intervensi Program Imunisasi dalam Upaya Pencegahan Stunting di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur

FKM NEWS- Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Beberapa daerah masih dengan angka kasus stunting tinggi. Bahkan, di beberapa daerah terjadi peningkatan kasus stunting yang ditemukan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten yang mengalami peningkatan prevalensi stunting. Data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan kabupaten Sampang dengan prevalensi stunting 41.4% dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 47.9%, sehingga terjadi kenaikan sekitar 6.5%. Analisis faktor risiko penyebab kenaikan ini harus segera dilakukan dan juga perlu adanya intervensi untuk penanganan segera dari pencegahan kenaikan prevalensi stunting selanjutnya. Terdapat dua puluh indikator intervensi utama pencegahan stunting yaitu salah satunya melalui pencapaian target cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak usia 0-11 bulan, yang meliputi imunisasi HB 0 1 kali, BCG 1 kali, Pentavalen 3 kali, Polio 4 kali, dan MR 1 kali.

Tim Pengabdian masyarakat FKM Unair bersama Dinas Kesehatan kabupaten Sampang dan Peserta pelatihan

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menunjukkan jumlah total Puskesmas yang mencapai Universal Coverage Immunization (UCI) di kabupaten Sampang masih di 100 Desa atau sekitar 53.76%. Dalam mengatasi permasalahan ini, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten Sampang untuk memberikan pelatihan Intervensi Program Imunisasi. Kegiatan pengmas ini bertujuan untuk menggali perbedaan yang terjadi antara pelayanan kesehatan dan kebutuhan masyarakat dengan mengundang pemegang program Dinas Kesehatan kabupaten Sampang, bidang koordinator dan koordinator imunisasi di Puskesmas Jrangoan dan Puskesmas Kedungdung. Dengan melakukan intervensi program imunisasi yang berupa Human Center Design (HCD) yaitu dengan menggali permasalahan imunisasi sisi puskesmas kemudian dibandingkan dengan pendapat dari masyarakat (Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Ibu Batita).

Dalam kegiatan tersebut tim pengmas FKM Unair yang diketuai oleh dr. Kurnia Dwi Artanti, M.Kes berharap dapat mencapai output yang dimaksud dari pelatihan ini antara lain: peningkatan pemahaman mengenai pentingnya imunisasi bagi masyarakat, mengetahui gambaran permasalahan terkait imunisasi yang ada di masyarakat, dan mendapatkan solusi alternatif permasalahan terkait imunisasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelatihan yang berlangsung selama 2 hari ini, memberikan kesan bahwa peserta yang mewakili kedua puskesmas tersebut sangat antusias dalam mengikuti setiap agenda kegiatan. Dari dua puskesmas saja memberikan suatu gambaran yang berbeda terkait dengan potret orang di masyarakat yang berpengaruh dalam pelaksanaan program imunisasi yaitu Puskesmas Kedungdung mengungkap Kyai NU atau Tokoh Agama yang memiliki pengaruh besar dalam pelaksanaan program imunisasi, sedangkan Puskesmas Jrangoan menjelaskan pengaruh besar berada pada Suami dan Mertua dari ibu dengan anak yang harus mendapatkan imunisasi. Dari kedua sudut pandang yang berbeda ini sesuai dengan kasus-kasus yang terjadi di lapangan.

Sehingga pada pelatihan ini proses lanjutan dilakukan untuk menggali lebih dalam terkait hambatan dan pengaruh pada beberapa poin termasuk pengetahuan, kesadaran, dan kepercayaan, niat, persiapan waktu, biaya, dan upaya, tempat layanan, pengalaman perawatan dan setelah layanan dalam program imunisasi oleh petugas puskesmas dan masyarakat. Dan hasil rekomendasi dari pelatihan HCD di kedua puskesmas tersebut sepakat untuk melakukan advokasi program imunisasi pada stakeholder terkait, UPTD kecamatan dan KB. Selain itu juga pentingnya untuk melibatkan pemuda di masyarakat lokal untuk memberikan penyuluhan terkait kesehatan dengan membentuk Forum Pemuda Peduli Kesehatan (FPPK). Media penyuluhan yang mudah dimengerti juga menjadi sarana dalam penyampaian informasi terkait imunisasi baik media fisik seperti poster, leaflet dan banner maupun media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat misalkan Whatapps group. Tim pengmas berharap bahwa hasil rekomendasi ini akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait di kabupaten Sampang dan pastinya dua puskesmas yang menjadi peserta pada kegiatan pelatihan ini yaitu Puskesmas Jrangoan dan Puskesmas Kedungdung dapat memberikan contoh bagi puskesmas lain kabupaten Sampang. Sehingga percepatan penanganan stunting dengan salah satu indikator yang berpengaruh yaitu program imunisasi dapat segera dilakukan.

Editor: Ilham Akhsanu R