52nd APACPH Oral Presentation Participant: Environmental Health

0

FKM NEWS – Salah satu kegiatan dalam 52nd Asia-Pacific Academic Consortium for Public Health (APACPH) 2021 yang dilaksanakan pada Kamis (28/10/2021) adalah Oral presentation dengan topik Environmental Health. Oral presentation ini dibagi dalam tiga room online yang berbeda. Pada room 2 environmental health terdapat 3 presenter dengan topik yang menarik. 

Presentasi pertama dilakukan oleh Riri Suwahyuni Wahid dan tim yang membahas mengenai pola spasial dari keberadaan larva dan pupa yang berada di Sudiang dan Paccekarang. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pola spasial dari keberadaan larva dan pupa cenderung menyebar di Sudiang (23% dan 10%) dari pada di Paccekarang (16 dan 9%) dengan 75% potensi kelembaban, 4% potensi suhu air, dan potensi PH sebesar 94.8% di Sudiang.

Pada presentasi kedua yang dilakukan oleh Dr. Yuli Peristiowati dan tim mengangkat judul penelitian “The Effect of Dying Temperature and Milling Time at Total Flavonoid Levels in Dry Green Tea Powder”. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa suhu pengeringan dan durasi milling berpengaruh pada level flavonoid dalam bubuk teh hijau kering.

Presentasi terakhir dengan judul “Assessmnet of Health Risk Associated with Heavy Metal Exposure from Consumption of Oreochromis Mossambicus and Oreochromis Niloticus in Badung River, Denpasar, Indonesia” dibawakan oleh Ni Made Utami Dwipayanti dan tim. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa rata-rata konsentrasi dari Cu dan Cr pada otot Oreochromis Mossambicus dan Oreochromis Niloticus yang ditangkap di sungai Badung masih dalam batas aman untuk dikonsumsi. Namun, rata-rata konsentrasi Pb melebihi standar dari peraturan BPOM No. 23 tahun 2017 yaitu 0.3 mg/kg. Selain itu, estimasi risiko kesehatan dari karsinogenik dan non-karsinogenik menunjukkan bahwa EDI dari rata-rata konsentrasi tiga logam yang dideteksi masih dalam batas aman (THQ<1 dan THQc>10-4). Namun, kalkulasi berdasarkan THQ pada maksimal konsentrasi Pb pada dua spesias ikan menunjukkan potensi risiko kesehatan dari THQ>1. Dari hasil penelitian ini maka perlu dilakukan reduksi logam berat yang ada di Sungai Badung melalui pengendalian polusi yang ketat dari kegiatan industri maupun domestik. Edukasi masyarakat dan promosi pengendalian polusi serta metode pengurangan paparan logam berat dari konsumsi ikan juga penting dilakukan untuk mitigasi risiko kesehatan jangka panjang.

Dihadiri lebih dari 30 partisipan, diskusi di akhir presentasi begitu hidup dalam forum ini karena partisipan begitu antusias dengan presentasi yang dilakukan oleh presenter. Forum yang dipandu oleh Abdu Nafan dan Khuliyah Candraning Diyanah, S.KM., M.KL yang dimulai pukul 10.00 WIB ini berakhir pada 11.00 WIB.

Penulis: Vina Himmatus