FKM NEWS – Anemia adalah salah satu jenis kekurangan nutrisi yang paling sering terjadi di dunia, salah satunya pada ibu hamil. Anemia sering terjadi karena adanya perbedaan situasi sosial dan ekonomi serta gaya hidup. Studi kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi jumlah ibu hamil yang menderita anemia di Nepal bagian barat.
Studi yang dilaksanakan di Nepalgunj Medical College, Kohalpur, Banke, Nepal ini melibatkan 512 ibu hamil yang terdiri dari perempuan berusia 15 – 45 tahun. Selama proses studi ini berlangsung, para ilmuwan menggunakan metode Cyanmethaemoglobin. Cyanmethaemoglobin digunakan untuk mengidentifikasi level hemoglobin dalam tubuh manusia. Setelah kurang lebih 1 tahun berlalu, tepatnya sejak Januari 2012 sampai Desember 2012, hasil analisis ini dituangkan dalam bentuk persentase, MS. Word, MS. Excel 2007.
Melalui visualisasi data tersebut, para ilmuwan menarik sebuah kesimpulan yaitu sebanyak 41.02% atau 210 ibu hamil teridentifikasi mengidap anemia. Sedangkan, 58.98% telah dinyatakan negatif dari anemia. Dari 210 orang yang teridentifikasi mengidap anemia, 67.14% mengidap anemia ringan, 28.57% mengidap anemia level sedang, dan 4.29% dinyatakan mengidap anemia akut.
Selain itu, para ilmuwan juga menemukan 2 fakta baru. Pertama, peluang risiko mengidap anemia bagi ibu hamil lebih besar pada waktu trimester kedua sebesar 51.1%. Kedua, ibu hamil dalam rentang usia 20 – 35 tahun juga mempunyai potensi menderita anemia sebesar 62.79%. Risiko anemia yang cukup tinggi bagi ibu hamil tentu tidak bisa dianggap remeh. Dr. Allert Benedicto melalui Alodokter.com menyampaikan bahwa anemia dapat menyebabkan persalinan prematur, berat badan bayi rendah, stress pada ibu, bahkan dampak paling fatal adalah kematian. Maka dari itu, penting bagi kita khususnya perempuan untuk memahami gejala dan cara mengatasi anemia.
Gejala anemia yang paling umum adalah badan lemas, kulit pucat, denyut jantung tidak teratur, sesak napas, gatal – gatal, rambut rontok, dan telinga berdengung. Jika ibu hamil merasakan salah satu gejala tersebut secara berulang – ulang, maka tindakan preventif bisa segera dilakukan. Tindakan pertama adalah pergi ke dokter dan melakukan tes darah untuk mengecek jumlah Hemoglobin dalam tubuh. Sesudah mendapatkan perawatan secara intens, ibu hamil juga dapat mengatasi anemia dengan memenuhi kebutuhan zat besi setiap hari yaitu 27 miligram.
Pemenuhan kebutuhan zat besi, bisa dilakukan dengan cara menambah asupan makanan kaya akan zat besi seperti ikan, daging, sayur hijau, kacang – kacangan, dan telur. Kedua, ibu hamil juga disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi yaitu ferrous sulphate 2 -3 kali/ hari. Walaupun begitu, perlu diingat bahwa tidak semua ibu hamil mampu menerima suplemen zat besi mengingat kondisi fisik yang berbeda – beda. Terakhir, ibu hamil dapat meningkatkan asupan vitamin C sebab vitamin C berguna untuk mempercepat penyerapan zat besi dalam tubuh.
Penulis: Geraldus Wilsen (FTMM UNAIR)
Daftar Pustaka:
Singh, P., Khan, S., & Mittal, R. (2021). Anemia during pregnancy in the women of Western Nepal. Bali Medical Journal, 2(1), 14–16. Retrieved from https://balimedicaljournal.id/index.php/BaliMedJ/article/view/39
Albert, Benedicto (2018). Gejala anemia pada ibu hamil dan cara mengatasinya. Alodokter. Retrieved from https://www.alodokter.com/gejala-anemia-pada-ibu-hamil-dan-cara-mengatasinya