FKM NEWS – Menaikkan angka konsumsi nutrisi di Indonesia merupakan salah satu misi utama pemerintah agar terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat dan produktif. Malnutrisi merupakan penyebab stunting yang banyak dijumpai pada masyarakat, mulai dari usia anak-anak hingga usia dewasa. Stunting pada manusia berdampak pada menurunnya kemampuan kognitif dan fisik seseorang. Pemerintah Indonesia sendiri sudah memiliki target untuk menaikkan pencegahan malnutrisi pada anak balita sebesar 7% dan mencegah stunting di antara anak-anak di bawah usia dua tahun sebesar 14% pada tahun 2024.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada anak Indonesia di Provinsi Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Maluku, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sumatera, anak-anak Indonesia tidak cukup mengkonsumsi karbohidrat dan lemak. Contohnya saja, sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi oleh anak-anak meliputi nasi, mie instan, dan biji-bijian memiliki volume konsumsi rendah, apabila dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain seperti produk berbasis beras (misalnya, tepung beras dan bihun). Akibatnya, anak-anak di Indonesia sangat berisiko mengalami malnutrisi akibat kekurangan zat besi, seng, kalsium, dan vitamin C. Padahal, zat besi merupakan salah satu nutrisi yang berperan penting untuk pertumbuhan anak pada usia 6 sampai 24 bulan karena pada rentang usia tersebut anak mengalami pertumbuhan pesat pada tubuhnya.
Salah satu penyebab malnutrisi zat besi pada anak berusia lebih dari 6 bulan adalah kurangnya konsumsi makanan bayi yang mengandung zat besi dan rendahnya kandungan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Masalah serupa berlaku untuk malnutrisi zat seng dan kalsium. Meskipun buah dan sayuran merupakan bagian dari diet anak di Indonesia, namun konsumsinya masih terbilang rendah. Bahkan fortifikasi (penambahan energi atau zat yang secara alamiah tidak terdapat dalam suatu makanan) tepung terigu dengan zat seng dan fortifikasi susu dengan kalsium di Indonesia tetap tidak menutupi kurangnya zat tersebut dalam tubuh anak-anak. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas makanan pendamping yang buruk (misalnya, biji-bijian dan bubur berbahan dasar nasi) sehingga tubuh anak terlambat mengonsumsi makanan yang mengandung zat seng dan kalsium. Kondisi yang sama bisa dilihat pada kondisi malnutrisi vitamin C karena konsumsi buah yang rendah.
Penulis: Orlin Ordelia Prayoga
Editor: Annisa Awip Alvionita