FKM NEWS – Wabah COVID-19 memberi tantangan besar bagi negara-negara di seluruh dunia dan secara langsung memengaruhi kesehatan mental masyarakat di banyak negara, salah satunya di Spanyol. Studi baru menemukan bahwa beberapa orang mengalami depresi, kecemasan, dan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Tetapi, belum ada data terkait proporsi kemungkinan terkena gangguan emosional dan panic attack.
Saat ini, beberapa studi dilakukan untuk menilai masalah kesehatan mental yang difokuskan pada strategi coping sehingga dapat membantu seseorang mengelola efek dari kurungan, risiko penularan, atau psikologis terkait kesedihan. Upaya penyelesaian ini menggunakan strategi regulasi emosi kognitif maladaptif atau Cognitive Emotion Regulation Strategies (CERS) yang dikaitkan dengan permulaan dan pemeliharaan gangguan emosional.
Hal yang menarik dari hubungan CERS dan gangguan emosional adalah peran transdiagnostik terhadap strategi yang diterapkan. Perspektif transdiagnostik ini menunjukkan bahwa kehadiran CERS maladaptif tertentu mendasari beberapa gangguan emosional yang berbeda, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan makan. Sehingga penargetan strategi maladaptif ini diharapkan dapat membantu mencegah dan mengobati semua gangguan yang ada. Penelitian yang menilai efek CERS sebagai mekanisme coping untuk gangguan psikologis di masa pandemi masih sangat sedikit. Maka dari itu, studi baru dilakukan untuk mengetahui presentase kemungkinan terkena gangguan emosional selama wabah COVID-19 dan memastikan hubungan variabel sosiodemografi dan CERS sebagai potensi prediktor dari kemungkinan diagnosis gangguan emosional.
Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 1753 orang dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan (76,8%), dengan rata-rata usia 40,4 tahun (12,9%). Sebagian besar peserta berstatus menikah (37,9%) atau tidak menikah (33,6%). Dari segi pendidikan, lulusan universitas (39,9%) atau memiliki tingkat pendidikan pasca sarjana (39,5%). Sebagian besar sampel (60,2%) memiliki gaji rata-rata mulai dari $12,000 hingga $24,000 (31,5%) atau $24,000 hingga $36,000 (28,7%) dan bekerja penuh waktu (47,8%), serta sekitar (22,9%) orang menganggur.
Berdasarkan hasil algoritma diagnostik, 15,3% sampel memenuhi diagnostik kriteria untuk gangguan kecemasan secara umum, 12,2% untuk gangguan depresi tingkat tinggi, 17,2% untuk panic disorder dan 25,7 % untuk panic attack. Hasil studi menunjukkan bahwa wanita, kaum muda, status tidak menikah, berpenghasilan rendah, dan pengangguran menyajikan proporsi tertinggi mengalami gangguan emosional. Variabel sosiodemografi hanya menjadi prediktor sedang untuk diagnosis gangguan emosional karena menjelaskan antara 3,1% dan 5,7% dari sampel. Namun, menambahkan CERS ke dalam model meningkatkan pembuktian dapat menjelaskan 15% hingga 29% dari sampel tergantung pada hasil kesehatan mental tertentu. CERS maladaptif juga dapat memprediksi secara positif beberapa gangguan emosional.
Oleh karena itu, variabel sosiodemografi memiliki peran dalam diagnosis gangguan emosional warga negara Spanyol selama wabah COVID-19. Tetapi tidak memengaruhi dalam skala yang sangat besar. Disamping itu, strategi CERS maladaptif bisa membantu prediksi kemungkinan beberapa gangguan emosional lainnya.
Penulis : Angelina Margaretha Ardiani
Editor : Siti Zulaikha