FKM NEWS – Beberapa ahli gizi bidang olahraga sudah lama melakukan pengawasan terkait macam-macam pedoman diet setiap cabang olahraga secara umum untuk mengakomodasi berbagai cabang olahraga. (Guest et. all. :2019). Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa perbedaan genetik mempengaruhi penyerapan, metabolisme, pemanfaatan zat gizi dan bioaktif makanan. Nutrigenomik dan nutrigenetika adalah pendekatan eksperimental yang menggunakan informasi genomik serta teknologi pengujian genetik untuk menguji peran perbedaan genetik individu dalam memodifikasi respons atlet terhadap zat gizi dan bioaktif makanan lainnya. (Guest et. all. : 2020) Salah satunya adalah kolin .Kolin berperan sentral pada jalur fisiologis sintesis neurotransmiter (asetilkolin), pensinyalan fosfolipid, transportasi empedu dan lipid (lipoprotein), serta metabolisme kelompok metil (reduksi homosistein).
Kolin diproduksi oleh tubuh dalam jumlah kecil melalui sintesis de novo kolin yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kolin harian. Defisiensi kolin menyebabkan kerusakan hati dan otot.(Spencer et.all :2011) Tanda defisiensi kolin diidentifikasi melalui peningkatan serum creatine phosphokinase (CPK), penanda kerusakan otot, dan deposisi lemak yang abnormal di hati, yang dapat menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD). Bahan makanan yang banyak mengandung kolin antara lain hati sapi, telur, daging sapi, dan salmon. (Rahadianti :2022). Pengurangan kolin plasma terkait erat dengan olahraga berat seperti triathlon dan lari maraton. (Idem :2019). Atlet sering mengalami kerusakan otot melalui latihan volume tinggi dan intensitas tinggi. Status kolin yang suboptimal dapat menempatkan stresor tambahan pada kemampuan atlet untuk pemulihan, perbaikan, dan adaptasi dengan stimulus pelatihan yang diberikan. (Idem :2020).
Pada penelitian Individu yang merupakan pembawa alel A dari gen MTHFD1 mengembangkan tanda defisiensi kolin dibandingkan individu dengan genotipe GG.(Christensen et. all. :2021). Kolin dapat dibuat secara endogen melalui jalur hepatik phosphatidylethanolamine N -methyltransferase ( PEMT ), pada jalur ini SNP dalam gen PEMT mempengaruhi risiko defisiensi kolin. (Bernhard : 2021). Individu pembawa alel C dari gen PEMT telah terbukti mengembangkan tanda defisiensi kolin dibandingkan individu dengan genotipe GG. (Idem : 2021).Kesimpulannya, atlet dengan genotipe GG memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapat status kolin yang optimal. Kemudian dengan status kolin yang optimal tersebut.
Penulis : Fatwa Latifatul Fajriyah
Editor : Diah Khrisma Putriana