FKM NEWS – Konsumsi harian dan lingkungan menjadi dua faktor utama yang dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang. Berbagai penelitian berhasil meningkatkan pemahaman terkait langkah menjaga kesehatan individu melalui berbagai diet berbeda. Namun, akhir-akhir ini penemuan terkait nutrigenomik dapat mengubah persepsi yang ada. Nutrigenomik merupakan bidang gizi yang menggunakan alat molekuler untuk mencari, mengakses, dan memahami beberapa respons yang diperoleh melalui diet tertentu yang diterapkan antara individu atau kelompok populasi. Ilmu ini berusaha menjelaskan bagaimana komponen diet tertentu (Seperti senyawa bioaktif) dapat mempengaruhi ekspresi gen, yang mungkin telah meningkatkan potensi senyawa bioaktif atau bahkan dapat menekan manfaatnya. Respon ini tergantung pada bagaimana gen akan menunjukkan aktivitas yang berubah atau mengubah ekspresi gen.
Berbagai riset telah dilakukan, terutama terkait kafein dan efeknya pada kinerja atlet, akan tetapi terdapat berbagai senyawa bioaktif lainnya yang juga tidak kalah penting, salah satunya yakni vitamin A. Meskipun tidak ditemukan riset yang meneliti peran pengubah genetik status vitamin A secara langsung pada kinerja atletik, ada beberapa fungsi penting mikronutrien ini yang terkait dengan kesehatan, kekebalan, dan kinerja optimal pada atlet. Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, yang memainkan peran kunci dalam fungsi mata dan imunitas tubuh dalam bentuk biologis aktifnya (Retinoic Acid dan retinoat). Vitamin A memiliki peran modulasi imun yang beragam; karenanya, defisiensi vitamin A telah dikaitkan dengan disfungsi imun di usus, dan beberapa gangguan imun sistemik. Vitamin A juga merupakan antioksidan kuat, melindungi mata dari penyakit mata dan membantu menjaga penglihatan.
Atlet elit memiliki kemampuan visual jauh lebih tajam dibanding pada populasi umum berdasarkan kapasitas untuk mengakses keterampilan visual yang berbeda, seperti sensitivitas kontras, ketajaman dinamis, dan penilaian okular, yang diperlukan untuk mencapai koordinasi tangan-mata dan menyelesaikan masalah dengan baik. Selain itu, waktu reaksi visuomotor lambat, slow visuomotor reaction time (VMRT), sering dikaitkan dengan risiko cedera muskuloskeletal. Keterampilan visuomotor ini menjadi kontributor utama untuk meningkatkan kinerja olahraga sehingga dibutuhkan kesehatan mata yang optimal pada atlet.
Defisiensi mikronutrien vitamin A (KVA) menurunkan imunitas terhadap patogen yang menyerang dan dapat menyebabkan atlet lebih rentan terhadap infeksi. Atlet yang mengikuti pelatihan intensitas tinggi dan jadwal kompetisi juga diketahui memiliki infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) lebih sering dibandingkan dengan populasi yang tidak banyak bergerak dan sedang berolahraga.
Karoten adalah karotenoid provitamin A yang paling melimpah dalam makanan dan konversi beta-karoten menjadi asam retina atau retinoat diperlukan agar vitamin A dapat menjalankan fungsi biologisnya. Pada nutrigenomik, pasca penyerapan, karotenoid provitamin A dengan mudah diubah menjadi vitamin A oleh enzim BCMO1 yang diekspresikan dalam enterosit mukosa usus. Varian rs11645428 dalam gen BCMO1 mempengaruhi kadar karotenoid plasma yang bersirkulasi dengan memengaruhi konversi karotenoid provitamin A makanan menjadi bentuk aktif vitamin A di usus kecil. Individu dengan genotipe GG tidak efisien dalam konversi ini, dan mungkin berisiko lebih tinggi untuk kekurangan vitamin A. Dengan demikian, mikronutrien vitamin A memiliki hubungan yang cukup tinggi terhadap kinerja atlet, baik dipantau melalui fungsi secara umum pada imunitas tubuh, serta kesehatan mata. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang menjelajah secara mendalam area ini sehingga, baik kinerja atlet maupun kesehatan dapat lebih dijaga melalui mikronutrien ini melalui nutrigenomik.
Penulis : Ardyanisa Raihan Kusuma
Editor : Diah Khrisma Putriana