Remaja merupakan masa transisi anak dan dewasa. Selama remaja, perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan lebih cepat dari fase yang lain dalam kehidupan, kecuali fase satu tahun pertama kehidupan (bayi) karena masa ini terjadi kejar tumbuh (Kusharisupeni, 2008). Remaja seharusnya mendapatkan asupan zat gizi yang seimbang dari makanan dan minuman yang dikonsumsi untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat serta mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Makanan yang dikonsumsi harus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dari segi kualitas, makanan yang dikonsumsi harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sedangkan dari segi kuantitas, makanan yang dikonsumsi harus dalam jumlah yang cukup.
Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada sebagian remaja yang cenderung berbeda dari para remaja lainnya. Salah satunya adalah dengan memilih pola makan vegetarian. Menurut Arisman (2009) vegetarian ialah kelompok eksklusif yang tidak mau menyantap daging hewan. Perbedaan pola makan vegetarian dan nonvegetarian terletak pada ada tidaknya asupan makanan hewani dan proporsi asupan makanan nabati. Pola makan vegetarian mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dan makanan berserat dengan proporsi yang lebih besar daripada nonvegetarian. Perbedaan pola makan tersebut mempengaruhi jumlah konsumsi makanan dan zat-zat gizi yang kemungkinan akan memberikan dampak yang berbeda terhadap status gizi dan kesehatan pada remaja vegetarian dan nonvegetarian.
Vegetarian bukanlah semata-mata hanya mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan saja dan menghindari makanan yang berasal dari pangan hewani atau produk olahannya hanya mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut vegetarian murni (vegan), sedangkan jenis vegetarian yang masih mengkonsumsi makanan yang berasal dari pangan hewani seperti telur dan susu (ovo, lacto, dan lacto-ovo vegetarian) tergolong vegetarian tidak murni. Dalam penelitian ini, sebagian besar remaja vegetarian menjalani vegetarian tidak murni dengan jenis yang paling banyak adalah lacto-ovo vegetarian.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata tingkat konsumsi protein pada remaja vegetarian dan nonvegetarian. Adanya perbedaan tingkat konsumsi kalsium pada remaja vegetarian dan nonvegetarian disebabkan jenis bahan makanan sumber kalsium yang dikonsumsi remaja vegetarian lebih baik dibandingkan remaja nonvegetarian serta berat makanan yang dikonsumsi remaja vegetarian lebih banyak dibandingkan remaja nonvegetarian. Remaja yang menjalankan diet vegetarian bisa mendapatkan konsumsi zat gizi yang tidak jauh berbeda dengan remaja nonvegetarian jika memperhatikan kuantitas makanan harian. Keberhasilan menjalani diet vegetarian seperti juga diet umumnya dapat dicapai dengan merencanakan dengan baik apa yang akan dimakan.
Referensi:
Nai, H. M. E., Kadek, T. A., Ni Ketut, S. 2012. Kecukupan Asupan Gizi Remaja Vegetarian dan Nonvegetarian di Yayasan Sri Sathya Sai Bali Tahun 2011. Indonesian Journal of Public Health. 1(1): 43-49.