Makan makanan mentah telah menjadi tren populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan mereka yang mencari gaya hidup sehat dan alami. Diet yang berfokus pada makanan mentah, sering disebut sebagai “raw food diet,” melibatkan konsumsi makanan yang belum dimasak atau diproses, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan beberapa produk hewani dalam keadaan mentah. Meskipun ada banyak klaim tentang manfaat kesehatan dari mengonsumsi makanan mentah, ada juga risiko yang perlu dipertimbangkan.
Berikut adalah risiko mengonsumsi makanan mentah:
- Paparan Patogen dan Keracunan Makanan
Salah satu risiko utama dari mengonsumsi makanan mentah, terutama produk hewani seperti daging, ikan, telur, dan produk susu, adalah paparan patogen berbahaya seperti Salmonella, E. coli, dan Listeria. Patogen ini dapat menyebabkan keracunan makanan yang serius, yang dapat berakibat fatal terutama bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak-anak, ibu hamil, dan orang tua.
- Kekurangan Nutrisi
Meskipun makanan mentah mempertahankan beberapa nutrisi, ada juga nutrisi yang justru lebih mudah diserap tubuh setelah dimasak. Misalnya, likopen dalam tomat dan beta-karoten dalam wortel lebih tersedia secara biologis setelah dipanaskan. Selain itu, diet makanan mentah yang sangat ketat dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting seperti protein, vitamin B12, zat besi, dan kalsium, yang sering ditemukan dalam produk hewani yang dimasak.
- Gangguan Pencernaan
Makanan mentah kaya serat memang baik untuk pencernaan, tetapi dalam beberapa kasus, terlalu banyak serat bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, gas, dan diare, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan diet tinggi serat. Makanan mentah tertentu, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian yang tidak direndam atau diolah, juga bisa sulit dicerna.
- Ketidakseimbangan Hormonal dan Energi
Bagi beberapa orang, diet makanan mentah yang rendah kalori dan lemak bisa menyebabkan penurunan energi, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, dan bahkan gangguan hormonal. Ini terutama berisiko bagi atlet atau individu yang membutuhkan asupan kalori yang lebih tinggi untuk mendukung aktivitas mereka.
Penulis: Theresia