13 Mahasiswa FKM UNAIR Ikuti Pertukaran Pelajar ke Mahidol University, Thailand

FKM NEWS – Libur panjang merupakan salah satu momen yang tepat untuk melakukan berbagai hal baru bagi mahasiswa. Salah satunya adalah dengan mengikuti pertukaran pelajar seperti yang diikuti oleh tiga belas mahasiswa FKM UNAIR di Mahidol University (MU) pada Minggu (30/6/2019) hingga Sabtu (6/7/2019).

Sebelumnya, delapan mahasiswa FKM UNAIR juga telah mengikuti kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) di negeri Gajah Putih tersebut. Yaitu Odilia Firsti, Shabrina Frista, Salsabila Shalihah, Rizma Dwi, Kholifah Firsayanti, Priskila Hananingrum, Artaria Cempaka dan Nur Sahila. Disusul oleh lima mahasiswa lainnya yang mengikuti pertukaran pelajar yaitu Salsabila Naim, Salsabila, Sonny Marsetyo, Noor Faizah Balqis (Aqis) dan Rifdatus Samaha (Rifda).

Pada pertukaran pelajar tersebut, mereka mengikuti kelas pada departemen community health, faculty of public health. Secara spesifik belajar mengenai community engagement dengan metode group discussion, game dan presentasi.

Menurut Aqis, tidak sekedar membuat suatu permainan, namun suatu permainan yang relate dengan masyarakat. Sehingga isu yang diambil benar-benar terjadi dan merupakan suatu proses di masyarakat.

Selain belajar dikelas, pengalaman menarik lainnya juga terjadi kepada mereka. Seperti pengalaman mereka untuk berusaha berkomunikasi. Ketika bahasa inggris tidak membantu, google translate dan bahasa tubuhpun mereka gunakan.

“Meskipun sempat terkendala dengan bahasa ketika berinteraksi. Namun teman-teman disana begitu ramah dan tetap berusaha berkomunikasi mulai dari memakai google translate sampai bahasa tubuh,” ucap Aqis.

Selain itu, menurut Rifda, tantangan untuk berkomitmen dengan prinsip-prinsip agama juga mereka hadapi disana. Sebagai seorang muslim minoritas, tentangan terbesar yang harus dihadapi ketika disana adalah untuk menjaga sholat lima waktu. Mengingat, tidak adanya mushola dan minimnya masjid membuat mereka jarang sekali mendengar suara adzan sebagai pengingat sholat.

Begitupun ketika perut lapar. Tidak mudah menemukan makanan yang benar-benar halal. Bahkan ketika terdapat makanan yang diberi label halal, namun mereka ragu, maka mereka memilih untuk menghindarinya.

“Sebagai seorang muslim, kita harus punya integritas yang tinggi untuk mempertahankan prinsip kita,” ujar Rifda.

Keduanya mengaku begitu senang dengan seluruh pengalaman yang telah mereka terima. Mereka berharap bisa mengamalkan ilmu yang telah mereka terima dari sana dan juga bisa kembali lagi kesana.

 

Penulis : Galuh Mega Kurnia
Editor : Ilham Aksanu Ridlo
Photo: Koleksi Pribadi @odiliafrst