Dikukuhkan oleh Rektor, Prof. Mamik Jadi Guru Besar Aktif FKM UNAIR ke-13

FKM NEWS – Hari Sabtu (14/12/2019) merupakan hari yang membahagiakan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR). Pasalnya pada hari tersebut Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., M.T., Ak (Prof. Nasih) selaku rektor UNAIR telah mengukuhkan Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si (Prof. Mamik), menjadi guru besar aktif FKM UNAIR yang ke-13. Pengukuhan dilaksanakan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus C UNAIR.

Pada kegiatan tersebut, Prof. Mamik menyampaikan pidato mengenai Cegah Stunting Sejak Catin. Yaitu pencegahan stunting sejak masa pra konsepsi.

“Catin wanita adalah sasaran yang paling tepat untuk intervensi gizi prakonsepsi karena mereka adalah calon ibu hamil,” ucapnya.

Menurutnya, keberadaan gizi prakonsepsi sangat penting sebagai upaya preventif dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak, termasuk untuk pencegahan stunting. Gizi prakonsepsi itu sendiri membahas tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk mempersiapkan kehamilan.

“Kehamilan adalah kondisi yang tidak biasa, yang terjadi pada wanita. Untuk itu, perlu diberikan perhatian khusus pada ibu hamil sehingga anak yang akan dilahirkan menjadi sehat. Terutama pada status gizinya,” lanjutnya.

Prof Mamik menjelasskan, status gizi ibu sebelum dan setelah kehamilan sangat mempengaruhi kondisi bayi ketika lahir. Bayi yang dilahirkan oleh ibu pendek dan status gizinya buruk berisiko melahirkan anak stunting. Selain itu, anak juga berisiko mengalami penyakit degeneratif dimasa depan.

“Pemenuhan gizi pada saat sebelum hamil sangat penting. Masa prakonsepsi sangat penting untuk mencegah masalah stunting dan atau masalah gizi lainnya,” terang Prof. Mamik mengakhiri pidatonya.

Prof. Mamik juga memperkenalkan tagar baru. Yaitu #CegahStuntingSejakCatin.

Pada akhir acara, Prof. Nasih berpesan kepada seluruh guru besar yang dikukuhkan pada hari tersebut agar mengemban tugas sebaik-baiknya, mendedikasikan diri untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Hal tersebut karena menurutnya salah satu kontribusi guru besar adalah melalui pengembangan ilmu pengetahuan.

“Pengembangan IPTEK di Indonesia berada di pundak para profesor dan doktor. Kalau bukan doktor dan profesor untuk melakukan inovasi inovasi, siapa lagi,” ucap Prof. Nasih.

 

Penulis : Galuh Mega Kurnia