FKM NEWS-Dari sekian banyak mahasiswa yang diwisuda pada periode Juni tepatnya pada (26/06/2021) lalu, Aisyah Putri Rahvy atau yang sering disapa Aisyah ini menjadi wisudawan terbaik dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR). Aisyah adalah mahasiswa S1 kesehatan masyarakat peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK)
Aisyah berhasil mencapai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mendekati sempurna 3,92. Tidak hanya itu, sejak semester awal ia sudah mengantongi berbagai prestasi. Pada tahun 2018 pencapaian Aisyah yaitu Runner Up Duta UNAIR, Mahasiswa berprestasi FKM UNAIR, youngest presenter di ajang International Conference on Public Health (ICOPH) Bangkok, dan karena suara merdunya Aisyah dikirim menjadi delegasi Pekan Seni Mahasiswa Daerah (PEKSIMIDA) Jawa Timur Keroncong.
Tak berhenti sampai disitu, Aisyah terus mencoba berbagai kesempatan sehingga bisa menjadi delegasi debat Al-Qur’an bahasa Inggris di Aceh, best speech Duta FKM 2019, delegasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke 33 tahun 2020, dan masih banyak lagi.
Keberhasilan Aisyah tidak terlepas dari didikan orang tua yang selalu mengajarkan sebisa mungkin untuk seimbang antara akademik dan non-akademik.
“Harus fokus pada aktivitas yang sedang dijalani” Tutur Aisyah ketika ditanya mengenai cara manajeman waktu dengan berbagai aktivitas sehari-harinya. 3 hal (working, playing, ibadah) adalah hal yang dikerjakan Aisyah setiap harinya. Yang termasuk kegiatan working menurut Aisyah adalah kuliah dan menjadi asisten dosen, playing bisa dengan jalan-jalan, dan ibadah termasuk menghafal Al-Qur’an yang hampir setiap hari rutin dilakukan.
Aisyah menceritakan lebih lanjut sebelum pandemi ketika masih kuliah tatap muka secara offline lebih memilih untuk selalu duduk paling depan. Hal itu untuk menghindari ngobrol dengan teman, bermain handphone, atupun tidur dikelas sehingga bisa tetap fokus dan paham semua materi yang disampaikan dosen. Aisyah sadar bahwa sepulang kuliah masih banyak aktivitas yang harus dikerjakan.
Ketika akan ujian Aisyah juga belajar 1-2 minggu sebelumnya. Sehingga tidak menerapkan sistem kebut semalam yang akan mengganggu jam tidurnya. “Kalau begadang paginya akan membuat ngantuk dan tidak fokus saat ujian” Ucapnya. Memaksimalkan waktu sebaik mungkin adalah kunci ketika kuliah dan bisa tetap mengikuti banyak lomba.
Selain itu, selama pendemi COVID-19 Aisyah berhasil menuntaskan jurnal dan skripsinya.”Kalau jurnal saya berkolaborasi dengan dosen FKM UNAIR meneliti tentang hubungan aktivitas keagamaan dengan klaster COVID-19 saat awal-awal COVID-19 mulai menyebar di Indonesia” Pungkasnya. Sedangkan untuk skripsi topiknya jauh berbeda dengan jurnal. Aisyah meneliti tentang kasus pemasungan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia dan bagaimana kebijakannya.
“Kasus pemasungan pada ODGJ bukan hal yang lazim di luar Indonesia” Tegasnya. faktor keluarga, sistem kesehatan, faktor lingkungan, dan masyarakat memiliki peranan penting untuk meminimalkan kasus pemasungan yang kerap terjadi di Indonesia
Cita-citanya yang ingin menjadi akademisi, membuat ia setelah lulus S1 ini akan melajutkan kejenjang pendidikan selanjutnya. Tekadnya untuk menjadi akademisi belandaskan bahwa menurutnya akademisi adalah profesi yang tidak akan lekang oleh waktu. “Sebenarnya menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu itu menurut Saya everlasting” Jelasnya. Keuntungan lain menjadi akademi bisa belajar hal baru setiap harinya dan mempunyai kesempatan untuk mengedukasi masyarakat ditengah banyaknya hoax.
“Kesempatan itu selalu ada, tinggal bagaimana kita memilih mau mengambil kesempatan itu atau tidak, jangan cepat puas dengan pencapaian kita sekarang karena sebagai generasi muda harus terus belajar dan improving our self agar bisa bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas lagi” Pesannya untuk rekan-rekan di FKM UNAIR.
Tak lupa Aisyah mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika FKM UNAIR yang turut membentuk Aisyah menjadi seperti sekarang.
Penulis : Arira Celia Virta Parawansa