FKM NEWS –Pemenuhan asupan gizi, baik makro maupun mikro merupakan kunci keberhasilan atlet. Atlet yang mendapatkan asupan gizi sesuai dengan karakteristik individu dan cabang olahraga akan memiliki kecukupan gizi untuk meningkatkan performa. Seorang atlet membutuhkan lebih banyak energi untuk menunjang fungsi otot karena intensitas aktivitas yang tinggi. Mineral merupakan zat gizi mikro yang berperan penting dalam metabolisme tubuh. Sebanyak 4% bagian penyusun tubuh manusia terdiri atas mineral. Mineral terbagi atas 2 jenis, yaitu mineral makro dan mikro. Fungsi mineral secara umum adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai katalis reaksi-reaksi biologis, memelihara keseimbangan air dalam tubuh, transmisi impuls saraf, mengatur kontraktilitas otot, dan pertumbuhan jaringan tubuh. Beberapa macam mineral erat kaitannya dengan antioksidan untuk mengatasi radikal bebas. Salah satu bentuk radikal bebas adalah reactive oxygen species (ROS) yang memengaruhi berbagai mekanisme seluler, seperti proliferasi, metabolisme, dan diferensiasi. Peningkatan ROS dalam tubuh dapat berpengaruh terhadap performa atlet.
Reaksi oksidatif dalam tubuh terus-menerus terjadi, namun oksigen dapat bersifat toksik, sehingga memicu terbentuknya ROS (Kiyatno, 2009). Adanya ketidakseimbangan produksi ROS dan antioksidan mengakibatkan terjadinya stres oksidatif. Seorang atlet yang melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi mengalami peningkatan kebutuhan oksigen, sehingga meningkatkan pembentukan ROS pada otot rangka dan dapat menyebabkan stres oksidatif (Alessio, 1993; Bailey et al, 2003; Williams et al, 2006). Faktor lain yang berpengaruh terhadap peningkatan ROS pada atlet adalah kondisi hiperglikemia yang disebabkan oleh genetik atau diet tinggi kalori. Selain meningkatkan ROS, hiperglikemia memodifikasi
struktur dan fungsi lipid, protein, dan molekul lain yang berperan dalam perubahan vaskular kronis.
Beberapa jenis mineral, seperti zink, tembaga, dan mangan berperan sebagai kofaktor enzim superoksida dismutase (SOD), yaitu enzim antioksidan utama untuk melawan ROS. Terdapat polimorfisme SOD yang telah terdeteksi, tetapi hanya beberapa SNP yang terbukti memiliki dampak dalam praktek klinis. Polimorfisme yang terdeteksi adalah SOD1 +35A/C (rs2234694), SOD2 Ala16Val (rs4880), dan katalase 21A/T (rs7943316). Selama aktivitas fisik, produksi ROS dan aktivitas enzim antioksidan meningkat pada saat yang sama. Atlet yang membawa polimorfisme enzim SOD dimungkinkan tidak dapat memodulasi kondisi stres oksidatif yang berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan otot jangka panjang. Adanya kerusakan otot berdampak pada penurunan performa atlet.
Seorang atlet perlu memenuhi kebutuhan mineral, khususnya zink, tembaga, dan mangan untuk mendukung performa, terutama bagi atlet yang memiliki polimorfisme SOD. Pemenuhan kebutuhan dapat disesuaikan dengan kondisi setiap individu melalui asupan yang berasal dari bahan makanan dan suplementasi. Sumber zink dapat diperoleh dari makanan laut, daging, unggas, telur, susu dan olahannya, serta kacang-kacangan. Kebutuhan tembaga dapat dipenuhi dengan konsumsi makanan laut, hati sapi, serta biji-bijian dan sereal. Bahan makanan sumber mangan dapat diperoleh dari sereal dan biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran berdaun, serta makanan laut. Asupan mangan diutamakan berasal dari sumber hewani karena diet rendah mangan hewani mampu menurunkan aktivitas Mn-SOD. Asupan zink, tembaga, dan mangan yang cukup sesuai anjuran dapat mengoptimalkan aktivitas enzim SOD dalam menangkal ROS, sehingga berpotensi untuk mempertahankan performa atlet.
Penulis : Maris Mumtaza
Editor : Diah Khrisma Putriana