Beberapa waktu lalu, terdapat banyak perbincangan mengenai tren menghapus e-mail yang dapat membantu mengurangi pemanasan global yang dapat mengancam bumi dan membuat masyarakat berbondong-bondong menghapus isi e-mail milik mereka. Namun, tren tersebut masih menuai pro dan kontra di kalangan ahli dan masyarakat di Indonesia.
Salah satu alasan dari pihak yang pro terhadap tren tersebut adalah e-mail yang masih tersimpan dapat mengonsumsi energi listrik dan meningkatkan emisi karbondioksida (CO2) di bumi sehingga dapat meningkatkan pemanasan global. Sedangkan, alasan dari beberapa pihak yang tidak setuju adalah e-mail tidak menghasilkan emisi karbondioksida (CO2) secara langsung, tetapi penyimpanan data dan semua aktivitas, termasuk penyimpanan e-mail di internet memerlukan listrik yang sebagian besar diperoleh dari bahan bakar fosil. Meskipun menghapus e-mail, server akan tetap mengonsumsi listrik dan menyebabkan emisi karbondioksida selama aktivitas tersebut. Selain itu, semenjak pandemi Covid-19, traffic aktivitas pengguna internet dan listrik semakin meningkat, seperti penggunaan media sosial, online virtual meeting, online shopping, dan penggunaan listrik di rumah tangga yang juga menyebabkan emisi karbondioksida (CO2) (Agarwal, 2020).
Oleh: Nathania Indrawati
Referensi:
Agarwal, Arun, et al. 2020. Is Internet Becoming a Major Contributor for Global Warming – The Online Carbon Footprint!!. Journal of Information Technology and Digital World (2020), Vol. 02, No. 04, Pages: 217-220. DOI: https://doi.org/10.36548/jitdw.2020.4.005.