Seringkali kita temukan pemberitaan di media-media mainstream Indonesia mengenai pemberitaan seseorang yang terkena rabies akibat digigit oleh hewan liar atau bahkan hewan peliharaannya. Pada Mei 2023 lalu, terdapat kasus tiga anak di Flores, Nusa Tenggara Timur, tewas setelah digigit anjing rabies. Permasalahan utama yang dihadapi oleh beberapa daerah di Indonesia termasuk Flores, adalah sulitnya pengadaan vaksin rabies. Sehingga, kasus rabies akibat gigitan hewan ini sering terjadi di beberapa tempat.
Oleh karenanya, untuk mencegah virus rabies pada kita perlu mengetahui apa itu penyakit rabies? bagaimana cara penularannya? Dan yang terpenting adalah bagaimana cara pencegahan virus rabies?
Menurut salah satu jurnal dari Kemenkes RI, Rabies atau dikenal dengan penyakit anjing gila merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Lyssa-virus yang termasuk ke dalam family Rhabdoviridae. Virus rabies bertransmisi melalui luka atau kontak langsung dengan permukaan mukosa dari hewan penular rabies.
Beberapa hewan yang secara umum dapat menularkan rabies diantaranya anjing, kucing, kera, rakun, sigung, kelelawar, dan rubah. Sapi, kerbau, kambing, kuda juga dapat menderita rabies, bila digigit oleh hewan yang terinfeksi rabies.
Virus ini dapat masuk dan memengaruhi tubuh dalam dua cara, diantaranya masuk ke dalam sistem saraf perifer secara langsung dan bermigrasi ke otak dan bereplikasi di dalam jaringan otot yang membuatnya aman dari sistem kekebalan tubuh. Dari sini, virus masuk ke sistem saraf melalui persimpangan neuromuskular. Setelah masuk ke dalam sistem saraf, virus menghasilkan peradangan akut pada otak. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, kondisi ini menyebabkan koma dan berujung pada kematian.
Rabies sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu rabies ganas aau yang biasa disebut sebagai ensefalitis dan rabies “bisu” atau paralitik. Perbedaan pada kedua jenis rabies ini adalah kondisi yang dialami oleh pasien setelah terkenal virus rabies ini. Adapun untuk, rabies ganas menyebabkan pengidap akan mengalami hiperaktif dan hidrofobia. Sedangkan pada rabies “bisu” ditandai dengan gejala kelumpuhan.
Adapun cara pencegahan rabies menurut website ayosehat.kemkes.go.id adalah sebagai berikut.
- Ikat dan atau kandangkan hewan penular rabies
- Jika hewan penular rabies dibawa keluar rumah maka perlu dilengkapi pengaman mulut (dibrongsong)
- Vaksinasi hewan penular rabies secara berkala
- Jika manusia terlanjur tergigit, lakukan cuci luka dengan sabun atau deterjen menggunakan air mengalir selama 15 menit sesegera mungkin oleh penderita atau keluarga lalu segera ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat tatalaksana penanganan kasus gigitan hewan penular rabies sesuai prosedur
- Untuk kelompok risiko tinggi tertular rabies seperti petugas laboratorium berhubungan dengan virus rabies, vaksinator, dokter/perawat yang merawat pasien rabies, dokter hewan dan setiap orang yang mempunyai potensi kontak langsung dengan hewan penular rabies dapat diberikan imunisasi/kekebalan terhadap virus rabies (Pre exposure Immunization)
REFERENSI
Agustiningsih, Puspa, K. D., Nugraha, A. A., & SetiawatI, V. (2014, November 3). Deteksi Virus Rabies pada Kasus Ante-Mortemdengan RT-PCR. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, III(1), 17-22.
Ama, K. K. (2023, May 27). Kompas. Retrieved from Tiga Anak di Flores Tewas Digigit Anjing Rabies Periode Mei 2023: https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/27/tiga-anak-di-flores-tewas-digigit-anjing-rabies-periode-mei-2023
Kemenkes RI. (2023, January 20). ayosehat.kemkes.go.id. Retrieved July 2023, 23, from Bahaya Penyakit Rabies: https://ayosehat.kemkes.go.id/agenda-kegiatan/bahaya-penyakit-rabies
Redaksi Halodoc. (2019, February 28). Halodoc: Ini 5 Cara Pencegahan Agar Terhindar dari Rabies. Retrieved July 23, 2023, from Ini 5 Cara Pencegahan Agar Terhindar dari Rabies: https://www.halodoc.com/artikel/ini-5-cara-pencegahan-agar-terhindar-dari-rabies
Penulis: Nabila Mutia Rahma