Ciptakan Aplikasi Jogo Omah: Rahmansyah Terpilih Sebagai Mawapres Favorit FKM Unair

0

FKM News – Berangkat dari keresahan mengenai penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia, Syadilla Rahmansyah, mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Unair angkatan 2019, memperkenalkan aplikasi Jogo Omah dalam ajang Seleksi dan Uji Publik Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) 2021 yang diselenggrakan oleh Departemen Riset dan Prestasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKM Unair pada Minggu, 19 September 2021.

Syadilla Rahmansyah terpilih sebagai juara favorit mahasiswa berprestasi FKM Unair

 

Aplikasi Jogo Omah memiliki berbagai fitur yang berfungsi untuk melakukan pendataan kesehatan pasca pandemi, menjaga dan memantau PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada keluarga, serta menjadi media Komunikasi, Informassi, dan Edukasi (KIE) kesehatan.

Dalam video demo karya yang diunggah dalam media sosial youtube BEM FKM Unair, mahasiswa yang kerap disapa Rama ini menuturkan banyaknya jumlah pengguna smartphone di Indonesia menjadi kesempatan yang baik untuk menawarkan solusi dalam bentuk aplikasi.

“Dengan aplikasi ini, kita dapat mengintegrasikan peran anatara pemerintah, fasilitas pelayanan kesehatan, dan masyarakat guna mengawasi dan memaksimalkan kesehatan masyarakat pasca pandemi,” jelasnya.

Dalam penerapan aplikasi Jogo Omah, masing-masing keluarga akan memiliki minimal satu kader Jogo Omah. Kader pada setiap rumah akan membantu menjalankan aplikasi untuk setiap Kartu Keluarga (KK).

Melalui karyanya, mahasiswa yang juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi ini berhasil menyabet penghargaan sebagai mawapres favorit FKM Unair 2021.

Sempat merasa ragu untuk mengikuti kegiatan mawapres, pada akhirnya Rama tetap memberanikan diri dan berhasil menaklukkan rasa takutnya.

“Kegiatan mawapres itu cukup asing bagiku. Namun, aku selalu berpikir, kalau aku ngga mencoba, kesempatan itu ngga akan datang dua kali. Apalagi tahun ini merupakan kesempatan terakhir buat daftar mawapres,” pungkasnya dalam sambungan telepon (28/09).

Rama mengaku untuk menyiapkan karyanya perlu waktu dan proses yang cukup panjang. “Aku butuh waktu satu bulan untuk bikin video prototype aplikasi. Banyak perjuangan juga selama proses bikinnya. Salah satunya, aku harus bangun pukul 1 sampai pukul 3 pagi untuk ambil rekaman dubbing selama semingu,” tuturnya. Hal ini ia lakukan untuk menghindari suara keramaian saat melakukan rekaman.

Kendati demikian, banyak hal yang ia syukuri selama proses persiapan karya untuk seleksi mawapres. “Aku bersyukur karena bisa belajar banyak hal. Mulai dari cara membuat penulisan yang baik, bikin narasi, sampai editing video. Bahkan persiapan ini juga mendorongku menjadi pribadi yang bisa menyelesaikan masalahku sendiri”, ucap mahasiswa asal Sidoarjo ini.

Kesuksesan yang ia raih juga tak terlepas dari support system yang ia miliki. Beruntungnya banyak kakak tingkat dari fakultas maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang Rama ikuti turut memberikan banyak masukan dan saran untuknya, terutama dalam hal kepenulisan karya ilmiah.

Penulis: Tina Sekar Sari

Editor : Vina Himmatus Sholikhah