Coping Stress: Tren Healing dan Travelling sebagai Coping Stres

Adanya tuntutan pekerjaan mengakibatkan timbulnya stres kerja pada pekerja atau karyawan. Menurut Tarwaka (2015) dalam penelitian yang dilakukan oleh Singal (2020), stres akibat kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja, seperti performansi pekerja yang rendah, meningkatnya angka absensi, menurunnya moral kerja, meningkatnya turnover pekerja yang dapat menyebabkan kehilangan banyak waktu kerja menyebabkan biaya kompensasi pekerja meningkat modal.

Upaya dalam mengatasi stres tersebut disebut dengan coping stress. Coping stress tiap individu memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing, salah satunya travelling. Menurut Sofronov (2018), data survei menunjukkan bahwa sekitar 55 persen generasi milenial melakukan kegiatan travelling. Mereka melakukan travelling dengan tujuan untuk melakukan relaksasi dari stres yang muncul akibat kegiatan keseharian mereka baik itu karena hubungan dengan pekerjaan, maupun relasi (Sofronov, 2018). Travelling dijadikan sarana untuk “melepaskan diri” dari hal tersebut, sekaligus mencoba hal baru di luar keseharian mereka. Menurut Effort-recovery Theory (Meijman & Mulder dalam Chen, Petrick, & Shahvali, 2016), proses psychological recovery dapat dilakukan melalui kegiatan relaksasi dan detachment terhadap keseharian pekerja. Selain itu, generasi milenial juga merasakn bahwa detachment from work, mastery experience, relaxation, dan autonomy mampu memberikan arti atau satisfaction tersendiri yang memiliki pengaruh terhadap life satisfaction mereka. (Saputra, 2021).

Oleh: Nathania Indrawati

 Referensi:

Saputra, I Gusti Ngurah Widya Hadi, et al. 2021. Travelling sebagai Coping Stress bagi Generasi Milenial. KINERJA, 18 (2), 2021 260-266.

Singal, Esra Margaret, et al. 2020. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Rumah Sakit Mata Provinsi Sulawesi Utara. Sam Ratulangi: Journal of Public Health, Vol. 1, No. 1, Maret (2020).