Dampak dari Pandemi COVID-19 terhadap Kondisi Kesehatan Ibu dan Anak

FKM NEWS – Pada tahun 2019 hingga saat ini, Indonesia sedang diserang oleh wabah virus dari Wuhan, China yang dinamakan COVID-19. Banyak sekali dampak yang dialami oleh negara Indonesia tetapi langkah-langkah yang diperlukan untuk menahan penyebaran virus ini menyebabkan krisis ekonomi, sosial, dan pendidikan yang parah. Selama pandemi, fokus publik tertuju pada tujuan bangsa yaitu melestarikan kehidupan dan kurang memperhatikan kondisi perempuan dan anak-anak yang dilaporkan kurang rentan terhadap virus corona dibandingkan dengan pria atau orang tua. Bukan berarti mengabaikan kondisi para ibu dan anak, namun lebih terfokus pada kondisi orang tua yang lebih rentan terkena virus ini apalagi yang sudah memiliki penyakit bawaan sebelumnya. Namun, perempuan secara universal lebih rentan dibanding laki-laki dalam masalah sosial ekonomi, ketidaksetaraan gender, kekerasan dalam rumah tangga, ketidakamanan ekonomi, hak kesehatan seksual dan reproduksi mereka ditantang, serta kebanyakan para wanita memiliki pekerjaan yang kurang terjamin.

Pandemi yang menjatuhkan ekonomi seluruh masyarakat Indonesia menyebabkan banyak sekali dampak yang dialami oleh perempuan yang bisa tertuju pada ibu, anak, dan remaja. Krisis ekonomi ini menyebabkan kondisi semua rumah tangga terganggu dari segi ekonomi apalagi untuk kondisi ekonomi menengah ke bawah. Banyak perempuan yang sedang hamil ditinggal oleh suaminya akibat ekonomi yang tidak memadai sehingga dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak. Banyak juga anak kecil yang mengalami kelaparan dan stunting. Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung cukup lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Kematian balita, kurus dan stunting, serta kematian ibu dan anak cenderung meningkat di LMICs melalui pelayanan sistem pangan dan perawatan kesehatan yang terganggu.

Analisis data dari 30 HIC dan LMICs menyarankan bahwa setiap bulan tambahan penguncian akan mengurangi PDB sebesar 2,5-3%. Penurunan ini bervariasi antarnegara tetapi dapat setinggi 10-15% dengan penguncian yang diperpanjang. Namun, data ini mengesampingkan efeknya pada KIA karena pekerjaan yang tidak dibayar seperti menyusui, perawatan anak-anak dan orang tua, pekerjaan rumah tangga, serta produksi makanan yang secara eksklusif atau dominan dilakukan oleh wanita tidak termasuk dalam PDB. Sehingga banyak sekali ibu dan anak yang terlantar dan kondisi kesehatannya sangat memprihatinkan. Namun, saat ini WHO memberikan tanggapan akibat COVID-19 dan telah menyampaikan ke semua anggota negara untuk berinvestasi dalam kebijakan sensitif gender untuk memastikan akses yang adil ke layanan utama. Rekomendasi untuk membantu mengurangi efek diferensial dari pandemi pada wanita dibandingkan dengan pria khususnya ibu dan anak termasuk hal sangat penting untuk tujuan analisis data yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dan usia, akses berkelanjutan ke kesehatan seksual dan layanan reproduksi, serta tanggapan efektif terhadap kekerasan terhadap perempuan.

 

Penulis : Lina Almas Juniar Naliandra

Editor : Faradillah Amalia Febrianti