FKM NEWS – Beberapa tahun terakhir penggunaan rokok tembakau sedang menjadi trend dikalangan anak muda khususnya adalah rokok elektrik yang paling banyak digunakan. Data pada tahun 2019 menyebutkan bahwa 4,1 juta siswa SMA dan 1,2 juta siswa SMP di Amerika Serikat menggunakan rokok elektrik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini merupakan peningkatan jumlah yang banyak. Banyaknya pengguna rokok elektrik di kalangan remaja dapat berakibat pada masalah kesehatan yang muncul, berdasarkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik dapat berpengaruh pada penyakit pernapasan dan kesehatan jantung. Nikotin, tembakau, dan rokok sangat rentan bagi perkembangan otak khususnya bagi para remaja karena saat itu otak mengalami perkembangan untuk berpikir kritis dan memori kerja yang matang. Sehingga dari sini dapat dikatakan bahwa remaja lebih sensitif dibanding dengan orang dewasa.
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa penggunaan nikotin dengan jangka panjang dapat menyebabkan DCRMD. DCMRD adalah gangguan dimana seseorang kesulitan berkonsentrasi, mengingat atau membuat keputusan, begitu pula dengan remaja yang terkena paparan nikotin kronis akan mengganggu pembelajaran, memori dan perhatian selama masa remaja. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan rokok elektrik dan merokok dengan kesulitan berkonsentrasi, mengingat atau membuat keputusan karena fisik, mental, atau kondisi emosional pada remaja di Amerika Serikat. Dari hasil survei yang diberikan ada 2.431 responden yang menggunakan rokok elektrik dengan 745 remaja menggunakan rokok elektrik pertama kali antara usia 8 dan 13 tahun dan sisanya 1.686 menggunakan rokok eletrik pertama kali dengan kisaran pada usia 14 tahun. Laki-laki memiliki peluang DCRMD yang lebih tinggi dibandingan perempuan.
Dari penelitian yang dilakukan mendapatkan bahwa remaja yang pernah vaping (baik yang eksklusif maupun jarang) memiliki hubungan yang tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah vaping atau merokok. Didukung dengan studi pada orang dewasa yang berusia 18-29 tahun, perokok memiliki gangguan otak yang signifikan dibanding dengan non-perokok. Karena rokok elektrik juga mengandung nikotin bahkan dilaporkan bahwa rokok elektrik memiliki kandungan nikotin yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rokok. Sehingga hal ini memungkin bahwa penggunaan rokok elektrik pada masa remaja dapat berpengaruh pada fungsi kognitif otak. Penelitian lain yang menggabungkan data survei BRFSS 2016 dan 2017 menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik dapat berpengaruh pada diagnosis depresi.
Penggunaan rokok elektrik pada remaja menunjukkan bahwa mereka yang menggunakan rokok elektrik pada saat di sekolah menengah pertama atau bahkan lebih awal dapat berpengaruh lebih tinggi pada DCMRD karena kondisi fisik, mental, atau emosional dibandingkan remaja yang mulai menggunakan rokok elektrik di sekolah menengah awal. Analisis mengatakan bahwa semakin muda remaja menggunakan rokok elektrik maka semakin tinggi risiko terkenan DCMRD serius. Oleh karena itu, program yang akan dilaksanakan untuk mengurangi penggunaan tembakau pada remaja dapat dilakukan dimulai dari siswa sekolah menengah pertama atau bahkan pada sekolah dasar agar lebih efektif.
Penulis: Agnes Angelin Elizabeth Mello
Editor: Vina Himma