Double Burden of Malnutrition : Pemicu Kecanduan Makanan dan Perubahan Metabolisme pada Anak dan Remaja

FKM NEWS – The Double Burden of Malnutrition (DBM) atau Beban Ganda Malnutrisi merupakan keadaan di mana kekurangan gizi dan kelebihan gizi terjadi pada waktu yang bersamaan. Hal ini biasanya dapat ditemui di beberapa negara berpenghasilan rendah atau menengah. Sebuah studi yang dilakukan di Brazil pada tahun 2020 menemukan gejala kecanduan makanan, hormon tiroid, leptin, profil lipid atau glukosa, komposisi tubuh pada anak dan remaja yang mengalami DBM. Pada individu yang mengalami DBM, gejala kecanduan dapat terlihat dari tubuh yang cenderung lebih gemuk karena pengaruh lemah tubuh dan gula darah. Misalnya, kekurangan gizi dikaitkan dengan menurunnya kadar insulin dalam darah.

Sebaliknya, kelebihan gizi dikaitkan dengan meningkatkan insulin dan hormon tiroid di dalam tubuh. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kadar lipid dan insulin dalam darah, yaitu dengan menggunakan indeks metabolik. Indeks ini merupakan cara untuk mengekspresikan tantangan metabolisme yang dihadapi oleh sel karena diketahui bahwa beban metabolisme yang tinggi dapat memengaruhi sel terhadap penyakit. Salah satunya dapat memicu gejala kecanduan makanan dan perubahan metabolisme.

Berdasarkan hasil sebuah penelitian diketahui bahwa dari 28 sampel, dengan 14 anak perempuan dan 14 anak laki-laki, menunjukan bahwa terdapat 11 anak laki-laki dan 11 anak perempuan yang teridentifikasi memiliki gejala beban ganda malnutrisi. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi skor gejala positif dan diagnosis kecanduan makanan. Kelompok DBM menunjukkan persentase yang lebih tinggi dari gejala keinginan terus-menerus atau upaya berulang yang gagal untuk berhenti daripada dua kelompok lainnya. Kelompok anak yang kelebihan berat badan atau Weight Excess (WE) dan DBM menunjukkan rata-rata gejala kecanduan makanan yang lebih tinggi daripada kelompok yang terkontrol.

Anak dan remaja yang terdeteksi DBM memiliki kadar glukosa yang tinggi, apabila tidak dikontrol dari waktu ke waktu dapat memicunya terjadi diabetes pada masa depan. Tingginya kadar glukosa dalam darah pada anak dan remaja yang teridentifikasi DBM, terlebih tidak diseimbangi dengan pemenuhan gizi yang mencukupi dapat mengganggu jalannya metabolisme glukosa dalam tubuh.

Hal ini menjadi bukti awal yang sejalan dengan hipotesis awal bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami DBM akan cenderung memiliki keinginan untuk makan secara terus menerus. Meskipun DBM tidak termasuk penyakit yang tidak menular, namun tetap diperlukan pemantauan kepada anak-anak yang terdiagnosis DBM dan melakukan penelitian lanjutan dengan skala populasi yang lebih luas.

Penulis : Achmad Achsarul Karim
Editor   : Siti Zulaikha