Entaskan Stunting: Mahasiswa FKM Abdikan Diri ke Pelosok Negeri

FKM NEWS – “You are more than what you think”. Sepenggal motivasi inilah yang menjadi bekal Selena Vita Amanda atau akrab disapa Selena melangkahkan kaki ke Desa Bajo Pulo, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima untuk melakukan pengabdian masyarakat pesisir pantai. Kegiatan ini merupakan program kerja organisasi YATC (Youth As The Cadre) dengan tajuk Sahabat Satu Nusa. Bersama 48 volunteer lainnya dari seluruh Indonesia, mahasiswa angkatan 2019 ini melakukan kegiatan pengabdian selama sepuluh hari, pada tanggal 22-31 Agustus 2021.

Dalam kegiatan kali ini terdapat empat bidang yang menjadi fokus program pengabdian antara lain, kesehatan, pendidikan, ekonomi kreatif, dan lingkungan. Selena sendiri bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan guna meningkatkan status kesehatan masyarakat Bajo Pulo.

Sebelum memulai kegiatan pengabdian, ia bersama tim melakukan survei kesehatan ke 200 rumah tangga. Selanjutnya hasil survei akan digunakan sebagai landasan utama dalam penentuan program kesehatan yang akan dilaksanakan.

“Jadi sebelum kita membuat program, kita harus tau dulu kondisi dan masalah kesehatan apa yang sedang terjadi. Maka dari itu, kami melakukan survei kesehatan dengan metode kuesioner. Dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan seperti, apakah mereka memiliki sarana air bersih atau engga? Riwayat penyakit keluarga apa saja? Kebiasan yang sering mereka lakukan apa aja?”, jelas Selena dalam sambungan telepon pada Rabu (8/9).

Dari hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan kesehatan utama di Desa Bajo Pulo adalah stunting.

“Tinggi badan anak-anak di sana itu pendek. Aku pernah kenalan dengan salah satu anak. Waktu aku tanyain sudah kelas berapa. Dia jawab, kelas tiga. Kukira itu kelas tiga SD kan. Ternyata mereka siswa kelas tiga SMP.”, pungkasnya.

Berdasarkan hasil survei, tingginya angka stunting di Desa Bajo Pulo disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua mengenai stunting dan asupan gizi yang baik untuk anak, keterbatasan dalam mengakses makanan secara ekonomi, serta sulitnya akses ke layanan kesehatan, sehingga partisipasi masyarakat ke layanan kesehatan masih rendah. Diketahui, letak Puskesmas terdekat masih terpaut cukup jauh dari Desa Bajo Pulo.

Untuk menanggulangi masalah stunting, tim pengabdian bekerjasama dengan puskesmas setempat melakukan sosialisasi mengenai stunting di Kantor Desa Bajo Pulo. Kegiatan edukasi ini diikuti oleh ibu-ibu yang juga turut membawa anak-anaknya.

Upaya pengentasan stunting pun tak hanya berhenti dalam pemberian edukasi saja. Menyadari adanya hubungan erat antara kejadian stunting dan keterbatasan akses terhadap makanan secara ekonomi, ia dan tim mengadakan pelatihan mengenai cara pembuatan produk olahan ikan lokal.

“Jadi waktu itu kita bikin taburiak. Itu seperti makanan yang ditabur di atas nasi dari ikan, mirip kayak abon. Selain itu, kita juga membuat sambel bawang ikan dan kripik ikan asin. Harapannya produk olahan tersebut dapat menjadi alternatif menu untuk menambah gizi masyarakat maupun dijual kembali untuk meningkatkan penghasilan warga.”, ucapnya. 

Guna menjaga keberlanjutan upaya perbaikan kualitas kesehatan disana, Selena bersama tim melakukan advokasi kepada pihak Puskesmas setempat agar mengaktifkan kembali Puskesmas pembantu yang ada di Desa Bajo Pulo. Upaya ini diperlukan untuk mempermudah akses masyarakat terhadap layanan kesehatan.

Penulis: Tina Sekar Sari

Editor : Vina Himmatus Sholikhah