Gunakan Metode Pembelajaran Outdoor Learning, Mahasiswa FKM UNAIR Semarakkan Edukasi CTPS di SDN TAMBKASARI III Surabaya.

Mahasiswa FKM UNAIR gunakan metode Outdoor Learning sebagai trik jitu ajak siswa SDN Tambaksari antusias dalam Cuci Tangan Pakai Sabun.

FKM UNAIR – Jumat (14/10/2022) Guna memberikan edukasi Kesehatan serta meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat, pada kesempatan ini Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Airlangga bekerjasama dengan UNICEF INDONESIA mengadakan program magang berbasis MBKM. Judul dari kegiatan tersebut adalah “Intervensi Perubahan Perilaku, Cuci Tangan Pakai Sabun”. Lokasi khusus kegiatan Intervensi Perubahan Perilaku, Cuci Tangan Pakai Sabun ini difokuskan SD/MI yang ada di Kota Surabaya. Antara lain MI Da’watul Khoirot, SDN Mojo III, Gubeng, SDN Tambaksari III, SDN PacarKeling V, SDN Mulyorejo I, SDN Klampis Ngasem I, SDN I Ketabang dan SDN Sidotopo Wetan V. Pada setiap sekolah, mahasiswa memberikan edukasi kesehatan, pemilihan duta cuci tangan sekolah, pemberian media pengingat untuk cuci tangan, perayaan gebyar hari cuci tangan sedunia. Dalam kegiatan magang MBKM kolaborasi atara Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Airlangga bekerjasama dengan UNICEF INDONESIA mahasiswa diharapkan mampu memberikan edukasi serta pendampingan yang dapat merubah perubahan perilaku siswa-siswi dari yang jarang/tidak pernah cuci tangan pakai sabun, menjadika cuci tangan pakai sabun sebagai kegiatan yang membudaya.

Terdapat 14 kelas sasaran perubahan perilaku CTPS di SDN Tambaksari III Kota Surabaya yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6. Pada sekolah ini juga terdapat siswa-siswi dengan kebutuhan khusus (ABK) yang tergabung dalam kelas inklusi. Hal ini juga selaras seirama dengan tujuan pemerintah untuk memberikan akses Pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia. Didalam kegiatan belajar mengajar, kurang lebih terdapat 60 siswa-siswi dengan kebutuhan khusus (ABK). Konsep yang akan dibawa kelompok magang SDN Tambaksari III Kota Surabaya adalah mengkolaborasikan antara pembelajaran kelas dan Outdoor Learning. Metode Outdoor Learning dipilih karena untuk memberikan ruang ekspresi dan ruang gerak siswa-siswi yang pada perkembangannya mereka adalah anak usia aktif bergerak, maka pembelajaran Outdoor Learning diadakan pada minggu ke 3 setelah proses pembelajaran dalam kelas. Kegiatan pembelajaran berbasis Outdoor Learning dimulai dengan kegiatan pemanasan (Warming Up), dilanjutkan permainan Who yaitu permainan estafet tongkat mengelilingi siswa-siswi yang sedang melingkar menggunakan lagu dan Ketika lagu berhenti siswa yang terakhir memegang tongkat akan bertugas menjelaskan 6 langkah cuci tangan sesuai dengan yang telah diajarkan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya adalah permainan tebak gaya, permainan ini diawali dengan pembentukan kelompok lalu berbaris dan dilanjutkan pemberian clue yang merupakan aktifitas 9 waktu cuci tangan yang tepat, kemudian dari yang paling belakang mengkomunikasikan kedepan tentang clue yang diberikan. Tujuan dari game ini adalah untuk memantapkan siswa-siswi menghafal 9 langkah cuci tangan yang tepat. Game terakhir adalah gobak sodor, game ini memberikan esensi bahwa dengan 1 orang yang tidak cuci tangan, maka banyak orang yang terdampak dengan bakteri dan virusnya. Dalam kegiatan Outdoor Learning, bapak/ibu guru pun juga sangat setuju dengan metode ini, Hal ini terungkap dalam pernyataan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Ibu Elis “Outdoor Learning adalah metode asyik, jadi anak-anak bisa gerak bebas dan lebih kondusif di lapangan. Dan terkesan tidak monoton anak-anak juga tidak mengantuk” ujarnya. Metode Outdoor Learning juga nampaknya menarik untuk diikuti siswa-siswi dalam upaya perubahan perilaku , Cuci Tangan Pakai Sabun. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari salah satu siswa kelas 3A, Reno mengatakan “Aku suka kegiatan diluar gini, karena bisa bebas dan bisa nyanyi” ujar bocah berperawakan lucu itu. Metode edukasi dengan Outdoor Learning ini sudah selayaknya disandingkan dengan metode kegiatan belajar mengajar dikelas, agar tidak terkesan monoton dan dapat memberi ruang gerak bagi siswa untuk bebas bergerak serta mengindarkan siswa menjadi kaum-kaum mager. (Red: Anriza Hudha Bramastya/101911133157/FKM UNAIR)