FKM NEWS – Beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan kekhawatiran tentang kesehatan mental pada siswa. Masalah ini berkembang pesat dan kian meningkat keparahannya. Beberapa studi yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan siswa yang mencari bantuan untuk gangguan mentalnya. Peningkatan ini berkontribusi terhadap tekanan yang dirasakan pada kapasitas layanan kesehatan mental yang ditawarkan oleh konseling perguruan tinggi dan pusat kesehatan mental di Amerika Serikat.
Belakangan ini, kesehatan mental kerap disuarakan di media sosial. Kesehatan mental menjadi hal yang penting, sebab di masa sekarang, banyak orang yang mengalami gangguan mental disebabkan karena kesehatan mental mereka yang terganggu. Kesehatan mental tidak dapat dilihat dari tampilan luar saja, sebab apa yang terlihat di luar kerap kali tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri individu. Di zaman yang kian modern dan seiring pesatnya perkembangan teknologi, tentunya beberapa hal menjadi tidak sama seperti dahulu lagi. Salah satunya yaitu mengenai cara seseorang dalam menyikapi keadaan tertentu, misalnya menghadapi keadaan dimana diri mereka mengalami keterpurukan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial budaya, maupun bidang lainnya.
Dalam hal ini, siswa kerap berputar-putar dengan masalah yang berfokus pada pendidikan dan sosial mereka. Namun tidak menutup kemungkinan pada bidang lain seperti bidang ekonomi. Banyak siswa yang mengalami keterpurukan dalam pendidikan, misalnya nilai yang tidak memuaskan atau ketertinggalan pelajaran. Siswa-siswa di zaman sekarang ini lebih kompetitif untuk menjadi sukses, sehingga ketika mereka merasa gagal dalam meraih kesuksesan yang diimpikan, hal tersebut dapat berdampak pada timbulnya kecemasan berlebih dan berujung pada adanya gangguan mental pada diri siswa tersebut.
Kesehatan mental siswa tidak dapat dilihat hanya dari tampilan luarnya saja, sebab banyak dari mereka yang kian pandai menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya. Banyak dari mereka yang enggan membuka diri dengan lingkungan sekitar, bahkan tidak sedikit dari mereka yang enggan mengakui bahwa mereka tengah mengalami gangguan kesehatan mental. Mereka kerap bersembunyi di balik kata “kritik diri” yang mana hal ini dapat menjadi pedang bermata dua. Para siswa akan mengkritik diri mereka sendiri untuk menjadi lebih baik, padahal hal tersebut dapat menjadi salah satu sumber dari gangguan mental mereka.
Kritik diri yang berlebih dapat meningkatkan potensi untuk terus menyalahkan diri sendiri. Para siswa yang ingin terlihat baik-baik saja, selalu memasang “topeng” tersenyum, meski sebenarnya diri mereka sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, perlunya pendampingan konseling kepada siswa agar kesehatan mental mereka tetap terjaga.
Penulis : Ni Luh Tu Novia Darmayanti
Editor : Siti Zulaikha