FKM News – Menurut Food And Agriculture Organization (FAO), pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati baik yang diolah maupun tidak diolah dan diperuntukkan sebagai konsumsi baik berupa makanan atau minuman. Pangan merupakan salah satu dari kebutuhan dasar utama manusia yang harus dipenuhi setiap saat karena menyangkut keberlangsungan hidup dari manusia itu sendiri. Namun, salah satu persoalan terkait pangan ini sendiri adalah masalah ketahanan pangan.
Ketahanan pangan merupakan suatu keadaan dimana adanya akses terhadap pemenuhan pangan yang baik, cukup, dan bergizi bagi setiap orang untuk melanjutkan keberlangsungan hidupnya. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki akses yang cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Divisi Keilmuan dan Keilmiahan (Denim) Asosiasi Mahasiswa Gizi (Amazi) menggelar webinar dengan topik yang berkaitan. Webinar yang bertajuk “Modis: Challenges and Ideas to Save The Global and Local Food Systems” merupakan salah satu program kerja yang diusung oleh Divisi Denim. Dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting pada Selasa (5/4/2022), webinar tersebut menghadirkan Dr. Risti Permani dari University of Queensland, Brisbane.
“Pada era globalisasi ini, banyak permasalahan terkait pangan yang dapat kita temukan dan salah satunya adalah persoalan ketahanan pangan itu sendiri. Masalah ketahanan pangan biasanya disebabkan oleh distribusi pangan yang tidak merata atau bahkan ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan pangan yang berkecukupan. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh perilaku masyarakat di negara berkembang yang cenderung sering membuang makanan,” jelas Dr. Risti Permani yang memiliki latar belakang sebagai dosen senior Agribisnis di University of Queensland.
Beliau juga menuturkan bahwa permasalahan sistem pangan juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang berkaitan dengan emisi gas yang dihasilkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian biasanya menyumbang emisi gas melalui penggunaan pupuk yang tidak efisien dimana pupuk tidak terserap secara merata oleh tanah.
“Maka dari itu, kita perlu melakukan beberapa gagasan untuk menghadapi tantangan ini. Gagasan pertama itu adalah menjalankan sistem pangan yang berkelanjutan. Bagaimana caranya? Dengan mengonsumsi produk pangan lokal yang bernutrisi, mengonsumsi produk organik, serta tidak menyisakan makanan sehingga makanan tidak terbuang dengan percuma,” papar Dr. Risti Permani.
Selain itu, beliau juga menyarankan untuk melakukan inovasi seperti dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam pengelolaan pangan yang meliputi kegiatan produksi hingga distribusi pangan. Inovasi pada bidang pangan ini juga berkaitan dengan unsur efisien dari pengelolaan pangan itu sendiri. Diharapkan dengan adanya inovasi dan perkembangan terhadap pengelolaan pangan, proses dalam pengelolaan dapat menjadi semakin efektif dan efisien sehingga ke depannya tidak akan ada lagi permasalahan yang berkaitan dengan tidak meratanya persebaran pangan.
Sebagai penutup, beliau juga menekankan bahwa peraturan dan dasar hukum terkait ketahanan pangan perlu diperkuat dan dikembangkan lagi dengan memperhatikan beberapa aspek yang meliputi efisiensi, kesamaan, perkembangan secara regional dan lokal, unsur berkelanjutan, serta keuntungan yang berkaitan dengan lingkup sosial.
Penulis: Annisa Az Zahra
Editor: Vina Himmatus S.