Kiprah DUTA PROKES dengan Local Wisdom dalam Sosialisasi 5M dan Vaksinasi

FKM NEWS – Meningkatnya kasus Covid-19 menyita perhatian seluruh elemen dunia.Varian yang kini mulai banyak ditemukan di Indonesia adalah virus Corona varian Delta atau Covid-19 varian Delta. Jenis virus Corona varian baru ini diketahui lebih cepat menular dibandingkan jenis sebelumnya. Riset sejauh ini menyebutkan bahwa Covid-19 varian Delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi hingga 40% dibandingkan virus Corona varian Alpha. Gejala Covid-19 varian Delta meliputi nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, batuk, sesak nafas, mual atau muntah, diare atau sakit perut, kehilangan nafsu makan, badan lemas, demam, dan kehilangan fungsi indera penciuman atau perasa.

SARS-CoV-2 varian Delta pertama kali teridentifikasi di Maharashtra India, pada bulan Desember 2020. Kemudian menyebar dengan cepat dan mengakibatkan peningkatan kasus harian Covid-19 hingga 30.000 kasus di New Delhi pada akhir April 2020. Di Indonesia, varian Delta telah terdeteksi di beberapa wilayah. Pada pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap 70 sampel acak pasien Covid-19di Kudus, Jawa Tengah setelah libur Idul Fitri 2021, ditemukan 82% sampel merupakan varian delta.

Singapore Ministry of Health (MOH) tengah melakukan investigasi terkait lonjakan kasus yang luar biasa ini. Hasil investigasi sementara menunjukkan bahwa lonjakan kasus disebabkan oleh adanya pelonggaran protokol kesehatan (prokes) serta pembatasan mobilitas dan pendatang yang sebelumnya diberlakukan secara ketat oleh Singapura. Pelonggaran-pelonggaran tersebut pada akhirnya menyebabkan munculnya kasus-kasus Covid-19 kembali di Singapura.

Saat ini varian Delta adalah varian yang memiliki tingkat transmisi tinggi, serta berpotensi menyebabkan keparahan adalah merupakan varian yang mendominasi di Indonesia. Keenam provinsi yang terdeteksi memiliki kasus varian Delta tertinggi adalah Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tengah. Sementara itu, tiga provinsi belum melaporkan varian Delta, yakni Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara.

Melihat kondisi ini menggugah semangat mahasiswa S3 Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Airlangga (UNAIR) angkatan 2020 untuk membentuk duta protokol kesehatan (Prokes) pada 20 Februari 2020. Fungsi dari duta ini untuk membantu Satgas menjadi edukator dan sosialisator. Selain itu, duta protokol kesehatan menyebarkan pengetahuan mengenai Covid-19 sekaligus cara-cara mencegahnya agar tidak tertular. Gerakan duta protokol kesehatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap kegiatan mencuci tangan, menjaga jarak, mengenakan masker dan seruan untuk melakukan vaksinasi. Duta Prokes diharapkan juga bisa mendukung tercapainya salah satu tujuan SDGs yaitu SDGs ke 3 Good Health and Well Being.

Duta Prokes melakukan kampanye secara digital tentang pentingnya melakukan vaksinasi. Kampanye tersebut memaparkan terkait vaksin Covid-19 yang dapat mendorong pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity) sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19. Hingga saat ini, belum ada angka pasti yang ditetapkan untuk mencapai herd immunity Covid-19. Di Indonesia, awalnya pemerintah mencanangkan 70% masyarakat harus divaksin dua dosis agar bisa mencapai herd immunity. Sayangnya, dengan virus varian baru yang merebak, angka tadi tidak bisa lagi dijadikan patokan untuk mencapai herd immunity. Dengan varian baru, para ahli memperkirakan, herd immunity Covid-19 bisa tercapai jika 80% hingga 90% populasi sudah divaksin. Di Jakarta, kurang lebih 4,6 juta orang dengan KTP Jakarta sudah divaksin lengkap dua dosis. Artinya, Jakarta baru mencapai sekitar 51% dari target 8,9 juta. Sedangkan untuk Indonesia, ini berarti sebanyak 228,5 juta penduduk harus divaksin penuh.

Ketika herd immunity tercapai, bukan berarti kasus Covid-19 langsung berhenti begitu saja dan semua orang bebas dari Covid-19. Skenario yang terjadi adalah laju penyebaran Covid-19 akan melambat. Beberapa ahli mengatakan, Covid-19 mungkin akan menjadi endemis layaknya campak atau polio. Artinya, kita akan hidup cukup lama dengan Covid-19, namun kasusnya akan jauh lebih sedikit dan kondisinya terkendali. Belum ada yang bisa memprediksikan kapan status herd immunity Covid-19 tercapai, sebab saat ini kita sedang berada dalam situasi kejar-kejaran antara vaksinasi dan varian baru. Penelitian masih terus dilakukan untuk memastikan vaksin-vaksin yang diproduksi ampuh melawan virus-virus yang bermutasi. Untuk itulah, walaupun sudah divaksin lengkap, kita masih harus mengetatkan protokol kesehatan.

Kampanye digital yang dilakukan duta prokes S3 Kesmas Unair ini bersifal Local Wisdom, yakni kampanye dengan menggunakan bahasa-bahasa daerah untuk menyampaikan kepada masyarakat pentingnya sosialisasi program vaksinasi Covid-19 agar masyarakat betul-betul paham manfaat dari vaksin sehingga tidak dianjurkan menggunakan bahasa yang rumit dan sulit dimengerti dalam mensosialisasikan program vaksinasi Covid-19. Penggunaan berbagai bahasa daerah mulai Bahasa Indonesia, Surabaya, Padang, Batak, Madura, Sunda, Jawa, Madura, Banjarmasin, Aceh, dan Maluku diharapkan memudahkan masyarakat untuk menerima informasi tentang vaksinasi Covid-19.

Salah satu kegiatan kampanye Duta Prokes melalui  channel youtube dapat diakses pada link https://youtu.be/UW0sy9FDtBc dan instagram melalui link https://www.instagram.com/tv/CLf9vGwgcIu/?utm_medium=copy_link

Penulis: Panitia

Editor: Dita Aulia Rahma