FKM NEWS – Kota Surabaya merupakan salah satu daerah yang memiliki pesisir di bagian utara yaitu Kenjeran. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, pengrajin kerajinan laut, dan lain sebagainya. Pekerja informal di wilaya Kenjeran ini, telah menjadi tanggungjawab bagi Pemerintah Kota Surabaya khususnya dalam manajemen keselamatan dan kesehatan nelayan selama bekerja.
Nelayan di wilayah Kenjeran saat ini tengah menghadapi tantangan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Sebagaimana pandemi COVID-19 telah menyerang seluruh dunia dan lapisan masyarakat, nelayan ternyata juga menjadi salah satu yang terdampak pademi COVID-19. Pandemi telah memberikan perubahan besar bagi kehidupan nelayan, mengakibatkan nelayan semakin sulit mempertahankan kualitas hidupnya.
Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama kurang lebih dua tahun sejak pertama kali coronavirus masuk dan menyerang negara Indonesia, memberikan dampak yang cukup besar bagi seluruh kelompok pekerja, khususnya nelayan. Virus corona mampu dengan cepat menginfeksi tanpa pilah dan pilih, serta mampu menyebar pada seluruh masyarakat. Sehingga, Pemerintah Indonesia dengan sigap pula mengambil langkah yang bertujuan untuk melindungi masyarakatnya dari penularan virus corona. Pemerintah memberlakukan kegiatan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan PPKM (Pembatasan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) demi mencegah penularan virus corona di Indonesia, khususnya di Surabaya. Kebijakan tersebut membatasi ruang gerak masyarakat dan meminimalisir segala bentuk kegiatan yang berisiko penularan COVID-19.
Kebijakan-kebijakan tersebut tentunya memberikan konsekuensi terkait dengan kualitas hidup nelayan pada seluruh aspeknya. Ditinjau mulai dari aspek fisik, nelayan mulai merasakan penurunan pemasukan harian karena nelayan tidak dapat dengan mudah menjual hasil tangkapan ikannya. Hal ini terjadi karena pasar, toko, hingga restoran diwajibkan untuk tutup selama pemberlakukan PSBB dan PPKM. Akibatnya, nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya dengan maksimal. Sebelum pandemi dan pemberlakuan kebijakan PSBB maupun PPKM, nelayan menghadapi kepastian terkait dengan penjualan hasil lautnya. Namun, ketika pandemi mulai menerjang, nelayan mengalami kecemasan terkait ketidakpastian akan pemasukan hariannya. Selain itu, nelayan harus mengahadapi stress karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya.
Meluas pada aspek hubungan sosial antar nelayan, pandemi COVID-19 juga memberikan dampak yang signifikan. Pada masa sebelum pandemi nelayan dapat dengan bebas berinteraksi dengan sesama nelayan tanpa mengalami ketakutan untuk tertular virus corona. Namun, pada masa pandemi nelayan harus membatasi diri dalam berinteraksi dengan teman sesama nelayannya. Terlebih, nelayan mulai menghadapi kehidupan yang monoton dimana pada masa pendemi pula, tidak ada konsumen dari daerah lain yang dating berkunjung ke Kenjeran untuk sekedar membeli hasil laut atau pun berwisata serta berinteraksi dengan nelayan. Penurunan hubungan sosial pada nelayan ini tentunya dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup nelayan. Kemudian, nelayan juga merasakan penurunan kualitas lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerjanya. Jika pada masa sebelum pandemi nelayan merasakan bahaya lingkungan kerjanya hanya dihasilkan oleh cuaca, iklim, dan gelombang laut, maka saat pandemi nelayan juga harus waspada terkait penularan COVID-19 di tempat kerjanya.
Penurunan kualitas hidup nelayan pada seluruh aspek kehidupan ternyata juga berkontribusi dalam menghambat tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada Goal 1 (No Poverty) dan Goal 3 (Good Health and Well-Being). Sehingga, diperlukan adanya upaya nyata dalam memperbaiki serta meningkatan kualitas hidup nelayan di seluruh aspeknya. Salah satu upaya nyata yang memungkinkan untuk dilaksanakan demi meningkatkan kualitas hidup nelayan adalah dengan membekali nelayan ketrampilan digital. Ketrampilan digital dapat dibentuk dengan berbagai pelatihan digital marketing, promosi digital, hingga pelatihan ekspor. Pada era pandemi dimana seluruh kegiatan yang dilakukan berbasis online, nelayan perlu dibekali dengan ketrampilan digital agar dapat bertahan hidup dan mampu melawan dampak dari pandemi COVID-19. Sehingga, nelayan dapat dengan mudah dan terbiasa memasarkan hasil lautnya secara digital untuk meningkatkan kualitas hidup mereka di masa pandemi. Upaya nyata yang dapat dilakukan Pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surabaya, dapat dilakukan dengan memberlakukan kembali pelatihan Google Gapura Digital bagi UMKM maupun pekerja sektor informal secara komprehensif dan berkala agar nelayan, maupun pekerja sektor informal lainnya dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Penulis : Dr. Indriati Paskarini. SH., M.Kes
NIP : 196604111991032001
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat.