Libatkan Mahasiswa FKM UNAIR, Puskesmas Mulyorejo Lakukan Penyelidikan Epidemiologi Guna Upaya Berantas Jentik

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk betina Aedes aegypti melalui gigitan saat menghisap darah manusia. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Surabaya tahun 2020, angka kesakitan DBD di Kota Surabaya mengalami penurunan hingga menjadi 73 kasus, menurun sebanyak 204 kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Tren tersebut juga dirasakan oleh Puskesmas Mulyorejo yang mengalami penurunan kasus DBD mencapai 95%, dimana sebelumnya terdapat sebanyak 23 kasus pada tahun 2019.

Bersambung dengan hal tersebut, peningkatan kasus DBD diprediksi akan meningkat kembali pada tahun ini. Dilansir dari laman suarasurabaya.net, dr. Erwin Astha Triyono selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyampaikan bahwa sebanyak 8.894 kasus DBD telah terjadi di Jawa Timur dan 110 diantaranya meninggal dunia selama Januari hingga September 2022. Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Khusnul Khotimah, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, yang menyampaikan adanya laporan sebanyak 68 pasien yang dirawat akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti di RSUD Bhakti Dharma Husada dan RSUD Mohammad Soewandhi pada bulan Januari 2022.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581 tahun 1992, salah satu upaya penting dalam pemberantasan penyakit DBD adalah dengan melakukan penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan epidemiologi merupakan upaya pemberantasan DBD yang berfokus dalam pelacakan kasus penderita DBD hingga sumber penyebaran penularan penyakit yang dilakukan melalui pemeriksaan jentik nyamuk pada rumah penderita hingga rumah lain yang berada dalam radius 100 meter dengan rumah tersebut.

Pada Selasa (18/10/22), mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang sedang berkegiatan magang di Puskesmas Mulyorejo Kota Surabaya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Penyelidikan Epidemiologi bersama dengan Mega Devianti selaku sanitarian Puskesmas Mulyorejo. Kegiatan penyelidikan epidemiologi tersebut dilakukan dalam rangka mengidentifikasi sumber penyebaran penyakit demam berdarah berdasarkan adanya laporan kasus yang menimpa salah satu warga di Mulyorejo Tengah.

Kegiatan diawali dengan melakukan wawancara pada keluarga penderita terkait riwayat bepergian hingga kondisi kesehatan yang dialami penderita selama masa perawatan. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan pemantauan jentik nyamuk di seluruh tempat penampungan air yang ada di rumah penderita. Bersama dengan kader jumantik yang bertugas di wilayah tersebut, pemantauan jentik juga dilakukan pada beberapa rumah di sekitar rumah penderita DBD. “Sumber penularan gigitan nyamuk bisa diidentifikasi melalui riwayat bepergian penderita maupun penularan melalui gigitan nyamuk yang berada di sekitar rumah penderita. Mengingat kemampuan nyamuk Aedes aegypti yang bisa terbang hingga radius 100 meter”, jelas Mega Devianti.

Kondisi musim hujan seperti ini merupakan kondisi yang cocok untuk proses perkembangbiakan nyamuk DBD. Tidak hanya dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan udara, banyaknya genangan air yang dapat dijadikan sebagai tempat perindukan nyamuk dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan peningkatan kasus DBD di musim hujan.

Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi berbagai tempat penampungan air di rumah yang berpotensi menjadi sumber genangan air ketika musim hujan. “Pemantauan jentik tidak hanya dilakukan pada tempat penampungan seperti bak mandi. Namun juga perlu diwaspadai pada tempat minum burung, pot-pot tanaman, hingga bak-bak terbengkalai di sekitar rumah”, jelas Mega Devianti ketika ditemui pada kegiatan penyelidikan epidemiologi (18/10/22).

 

Penulis : Levi Nadilla Putri