Luar Biasa, Duo Srikandi FKM Unair Ini Masuk Top 2 Persen Peneliti Dunia

Surabaya, – Luar Biasa. Mungkin itulah dua kata yang layak disematkan pada dua guru besar wanita dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) ini. Duo srikandi itu masuk dalam jajaran Top 2 Persen Peneliti Dunia menurut Stanford University dan Elsevier.

Duo Srikandi FKM Unair yang berprestasi kelas dunia itu adalah Prof. Dr. dr. Santi Martini, M.Kes., dan Prof. Dr. Ratna Dwi Wulandari, SKM., M.Kes.

Dalam keterangannya, Santi Martini  yang juga menjabat sebagai Dekan FKM Unair saat ini, banyak melakukan penelitian mengenai penyakit menular dan tidak menular.

“Kebanyakan publikasi saya itu tentang penyakit. Jadi seperti apakah menular atau tidak menular. Saya juga sempat ada publikasi yang melihat bagaimana dampak regulasi kawasan tanpa rokok terhadap kejadian penyakit di suatu kawasan,” ujarnya, dalam keterangannya, Senin (7/10/2024).

Sementara itu, Ratna Dwi Wulandari memiliki ketertarikan dalam hal perencanaan dan evaluasi kesehatan, serta manajemen program dan pelayanan kesehatan dalam penelitiannya.

“Penelitian saya banyak menyoroti faktor yang mempengaruhi keberhasilan program kesehatan, sebagai dasar penyusunan strategi dan kebijakan untuk meningkatkan keberhasilan program,” katanya.

Baik Santi Martini maupun Ratna Dwi Wulandari juga telah meraih paten Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk karya inovasi yang mereka buat. Bagi peneliti, tentu paten HKI menjadi suatu hal yang mengesankan, dikarenakan jerih payah penelitian yang dilakukan mereka mendapatkan pengakuan dan apresiasi.

Ratna Dwi Wulandari menyampaikan bahwa dirinya memiliki dua karya yang ia dapatkan sejak delapan tahun lalu. Ia juga berencana mengajukan HKI dari beberapa publikasinya. Salah satunya yakni naskah orasinya saat pengukuhan guru besar.

“Saya sudah memiliki dua HKI, yaitu sekitar delapan tahun yang lalu. Sebenarnya sudah ada rencana untuk mendapatkan HKI dari beberapa publikasi terbaru. Satu yang saya prioritaskan adalah HKI untuk naskah orasi guru besar saya yang mengangkat mengenai Customers Lifetime Journey dalam implementasi Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer,” papar Ratna sapaan akrabnya.

Sementara itu, Santi Martini menyampaikan bahwa dirinya juga telah memiliki beberapa HKI yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak lain. Salah satunya inovasi yang dikerjakan bersama dengan tim dari FKM UNAIR dimana dalam penelitian tersebut, Santi Martini dan tim membuat upaya berhenti merokok pada aplikasi.

“Kalau secara pribadi saya belum ada karya yang mendapatkan HKI. Tapi ada inovasi yang saya lakukan bersama tim, kami membuat upaya berhenti merokok dalam bentuk aplikasi,” ujarnya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa institusi menjadi salah satu penyokong dalam keberhasilan civitas academica. Ratna sebagai dosen merasa bahwa Unair tempatnya bekerja sangat mendukung penelitian dan publikasi untuk para dosen.

“Dengan banyaknya scheme penelitian yang ditawarkan, juga dengan insentif publikasi yang memadai. Ini tentu saja menjadi motivasi tersendiri bagi semua dosen untuk lebih aktif dalam melakukan penelitian dan publikasi,” tegasnya.

Sementara menurut Santi Martini, sebagai akademisi dirinya memiliki kewajiban untuk melakukan penelitian. Di samping kewajiban sebagai seorang dosen, akademisi juga harus bisa membuat penelitian yang dilakukan memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

“Sebagai akademisi ataupun dosen, tentu kewajiban selain mengajar itu melakukan penelitian. Tidak hanya sampai publikasi sebagai target pribadi, yang jauh lebih penting itu bagaimana agar hasil penelitian memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tandas Santi Martini.

(khefti/rafel)