FKM NEWS – Sisa makanan merupakan besar jumlah makanan yang tidak dikonsumsi dalam satu porsi. Dimana, sisa makan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur tingkat konsumsi pasien rawat inap di rumah sakit.
Sisa makanan yang melebihi batas normal dari yang telah ditentukan, dan jika hal tersebut terus-menerus dibiarkan terjadi, maka dapat menyebabkan pasien mengalami malnutrisi yang dapat mempengaruhi progresivitas dari penyakit yang dialaminya. Pada penyakit infeksi terutama HIV/AIDS, pasien membutuhkan asupan energi dan protein yang jauh lebih besar daripada individu yang tidak mengalami HIV/AIDS.
Namun, terdapat banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan pasien HIV/AIDS utamanya yang menjalani rawat inap di rumah sakit, tidak dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Oleh karena itu, sebuah penelitian yang ditulis oleh Putri Hersya Maulia bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pasien HIV/AIDS rawat inap di UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Penelitian tersebut menggunakan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 15 pasien yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Lalu, analisis hubungan antara variable dependen dengan independen diuji menggunakan metode chi-square.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan pada faktor internal yaitu keadaan psikis (p value = 0,001) dan nafsu makan (p=0,025) dengan terjadinya sisa makan. Sedangkan pada faktor eksternal, didapatkan persepsi terhadap rasa makanan yang disajikan memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya sisa makanan (p=0,010).
Dari hasil terbut dapat disimpulkan bahwasanya, dari faktor infeksi oportunistik, kondisi psikis, tingkat nafsu makan, dan penilaian terhadap mutu makanan khususnya rasa memiliki dampak yang besar terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien HIV /AIDS rawat inap di UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Diperlukan adanya dukungan dan motivasi dari penunggu pasien maupun tenaga kesehatan, supaya pasien tidak mengalami tekanan dalam bentuk depresi atau kecemasan yang berpengaruh pada tingkat nafsu makan dan penerimaan makannya. Sehingga dengan demikian, sisa makanan dapat ditekan, dan risiko kejadian malnutrisi dapat dicegah.
Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah