FKM NEWS – Upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis (TBC) di lingkungan pondok pesantren dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang bekerjasama dengan mitra Universitas Wiraraja Kabupaten Sumenep dan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Kabupaten Sumenep melalui pendekatan edukatif dan partisipatif, Selasa (6/8/2024).
Kegiatan edukasi ini dilaksanakan setelah sebelumnya dilakukan skrining kepada 144 santri putra maupun putri tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain skrining, dilakukan pula penilaian lingkungan yang mengacu kepada standar kesehatan juga dilakukan yaitu pada Kamis, 25 Juli 2024.
Aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan skrining adalah pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta wawancara kepada santri mengenai faktor risiko seperti kontak erat dengan penderita TBC, gejala terduga, dan perilaku berisiko. Lokasi penilaian lingkungan yang dilakukan yaitu ruang kelas, kamar mandi, musholla, dan ruang tidur di asrama. Tidak hanya itu, edukasi juga dilakukan oleh Dr. Retno Adriyani, ST., M.Kes. tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan terutama kamar tidur di asrama dan ruang kelas para santri.
Edukasi tentang pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis (TBC) pada Selasa, 6 Agustus 2024 diawali dengan pembukaan resmi yaitu sambutan hangat dari Ketua Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Sumenep, Kiai Dr. Zamzami Sabiq Hamid, S. Psi., M.Psi. Selain itu, sambutan disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja yaitu Dr. Syaifurrahman Hidayat, S. Kep., Ns., M. Kep. serta ketua tim pengabdian masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yaitu Dr. Fariani Syahrul, SKM., M.Kes. yang menyampaikan tentang tujuan dan manfaat kegiatan ini bagi santri.
Materi edukasi sesi pertama disampaikan oleh Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari, dr. M.Kes. yaitu tentang pencegahan penyakit Tuberkulosis (TBC) di Pesantren.
Beliau menegaskan, “Pencegahan TBC di pesantren merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan keterlibatan semua pihak, baik santri, pengurus, maupun masyarakat sekitar. Melalui edukasi, pengendalian infeksi, dan pemeriksaan kesehatan yang rutin, pesantren dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi para santri. Selain itu, langkah-langkah pencegahan yang diambil di pesantren dapat memberikan dampak positif yang lebih luas dalam upaya pengendalian TBC di masyarakat. Dengan demikian, pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan masyarakat di sekitarnya.”
Sesi berikutnya adalah materi tentang budaya Madura dan faktor risiko penyakit Tuberkulosis (TBC) yang disampaikan oleh Dr. Eko Mulyadi, S.Kep., Ns., M.Kep.
Beliau menegaskan, “ Tingginya prevalensi merokok di kalangan laki-laki dewasa berdampak terhadap sistem pernapasan dan risiko infeksi TBC, pola hidup yang melibatkan mobilitas tinggi antara rumah tangga berdampak terhadap penyebaran penyakit antar anggota keluarga dan komunitas, kurangnya pengetahuan tentang pencegahan dan pengobatan dapat menjadi faktor risiko penularan TBC, penularan TBC melalui udara di tempat-tempat ramai seperti pasar tradisional, tingkat kemiskinan membuat akses terbatas ke fasilitas kesehatan dan pengobatan, terdapat kepercayaan bahwa penyakit TBC adalah penyakit akibat sihir dan pengobatan ke dukun, serta rumah yang tidak sehat (kurang cahaya matahari, ventilasi tidak ada/tidak digunakan, dan lembab juga menjadi menjadi faktor risiko penularan TBC”.
Setelah sesi materi selesai, acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif dan tanya jawab. Peserta diberikan kesempatan untuk bertanya maupun mendiskusikan topik yang telah disampaikan. Tidak sedikit dari para santriwan maupun santriwati yang antusias dalam bertanya.
Tidak hanya diskusi interaktif dan tanya jawab, akan tetapi kuis juga dilakukan kepada peserta edukasi yang dipandu oleh Prof. Dr. Chatarina Umbul Wahyuni dr., M.S., M.P.H. Lagi-lagi para santriwan maupun santriwati tidak sedikit yang antusias untuk berpartisipasi aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Hadiah sebagai bentuk apresiasi diberikan kepada peserta yang aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan.
Kegiatan ditutup dengan post test kepada peserta untuk mengukur keberhasilan penguasaan materi edukasi yang telah disampaikan. Hasil dari pre-test dan post-test dibandingkan untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan peserta yang telah mengikuti kegiatan edukasi. Terdapat peningkatan pengetahuan siswa SMP tentang penyakit Tuberkulosis, hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai pre-test yaitu 52,97 dan rata-rata nilai post-test yaitu 63,75. Kemudian doa bersama juga dilakukan untuk mengakhiri kegiatan tersebut.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi seluruh komponen masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Sumenep khususnya para santri untuk menumbuhkan kesadaran dalam upaya mencegah penularan penyakit Tuberkulosis (TBC) dengan selalu mengupayakan langkah pencegahan terhadap penyakit tersebut. Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Sumenep berkomitmen untuk terus melakukan kegiatan serupa sebagai upaya dalam meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan santri.
Penulis:
Itsnatur Rizkiyah Apriliyanti
Aisyah Devanny Rahmawati