FKM NEWS – Penyebaran infeksi COVID-19 yang telah membawa dampak sosial cukup besar, menyebabkan pemerintah Jepang mengumumkan bahwa Jepang berada dalam keadaan darurat. Untuk mengatasi keadaan tersebut, perusahaan memberlakukan kebijakan kerja jarak jauh atau kerja dari rumah. Namun, 40% perusahaan tetap bekerja di kantor. Di daerah metropolitan, seperti Tokyo, sebagian besar pekerja menggunakan alat transportasi umum seperti kereta api untuk perjalanan pulang dan pergi ke kantor. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pengguna kereta api, karena untuk mencegah penyebaran COVID-19 diupayakan untuk menghindari tempat tertutup, ramai, dan berdekatan. Banyak penelitian yang menyebutkan masalah kesehatan mental karena COVID-19 sudah banyak dilaporkan.
Terdapat dugaan bahwa semakin lama waktu yang perlukan dalam perjalanan, semakin tinggi kemungkinan berinteraksi dan semakin besar pula kemungkinan dapat terinfeksi virus COVID-19, yakni SARS-CoV-2. Tetapi, kenyataan yang terjadi justru berbanding terbalik. Salah satu penyebabnya mungkin karena alat transportasi yang berubah seiring perkembangan zaman dengan memperhatikan bertambahnya jarak perjalanan walaupun dengan kereta api yang sama. Jenis kereta api yang digunakan ialah kereta api reguler, kereta api ekspres, atau kereta api peluru. Untuk kereta api ekspres dan kereta api peluru, biasanya cenderung tidak penuh seperti kereta api reguler. Sehingga, hanya terdapat hubungan antara waktu perjalanan dan kemungkinan melakukan kontak langsung, tetapi tidak dengan jarak perjalanan. Di Jepang, tolak ukur kontak langsung adalah dalam jarak satu meter selama minimal 15 menit tanpa memakai masker. Karena itu, hubungan antara kontak langsung dan waktu perjalanan lebih kuat daripada hubungan antara jarak yang ditempuh.
Dari hasil analisis, terdapat dua jenis kecemasan yang dirasakan dalam perjalanan. Kecemasan tersebut ialah kecemasan infeksi umum dan kecemasan infeksi karena perjalanan. Infeksi ini dikaitkan dengan waktu perjalanan. Kecemasan akan terinfeksi semakin meningkat apabila waktu untuk menempuh tempat tujuan semakin lama. Dengan begitu, orang-orang akan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terinfeksi, sehingga risiko tertular COVID-19 dapat berkurang. Tetapi sangat sulit untuk menghindari ruang tertutup, ramai, dan berdekatan, karena sebagian besar masyarakat Jepang menggunakan transportasi umum. Terdapat berbagai macam solusi yang dapat dilakukan agar tidak merasakan cemas yang berlarut-larut, yaitu dengan menggunakan kendaraan pribadi, mengurangi frekuensi perjalanan, dan melaksanakan kebijakan bekerja dari rumah. Meskipun banyak perusahaan yang dapat melakukan pekerjaan dari rumah, tetapi untuk perusahaan industri seperti pabrik tidak mungkin untuk menerapkan langkah pencegahan seperti itu. Oleh karena itu, pentingnya upaya pencegahan melalui perjalanan yang ditempuh, selain daripada menerapkan penggunaan masker dan perputaran udara dalam ruangan.
Penulis : Theresa Dyah Yunita Kogoya
Editor : Erina Krisnawati