FKM NEWS – Wajah merupakan bagian tubuh paling khas yang dimiliki seseorang dan dorongan secara visual terpenting dalam kehidupan. Kita menggunakan wajah untuk mengenali dan berinteraksi dengan keluarga, berteman, mengembangkan keterampilan, mencari pasangan, membangun karir, dan banyak lainnya. Pengenalan wajah penting untuk perkembangan intrapersonal dan status sosial. Sistem pengenalan wajah manusia sama seperti bagian tubuh lainnya yang dapat mengalami gangguan. Seiring dengan kemajuan penelitian kesehatan dapat ditemukan beberapa penyakit langka dalam sistem wajah manusia seperti, prosopagnosia. Prosopagnosia atau face blindness adalah gangguan perkembangan saraf fusiform gyrus (bagian otak untuk mengelola memori pengingat wajah) yang ditandai dengan kesulitan pengenalan wajah dan ekspresi emosional.
Prosopagnosia (Kebutaan wajah) dapat terjadi meskipun memiliki penglihatan normal dan tidak adanya cedera neurologis. Kemungkinan terbesar seseorang untuk terkena penyakit tersebut apabila memiliki riwayat keluarga dengan penyakit prosopagnosia atau kelainan genetik. Menurut penelitian Dr. Brad Duchaine berjudul Advances in developmental prosopagnosia research yang diterbitkan dalam Current Opinion in Neurobiology pada tahun 2013, penyakit prosopagnosia hanya dialami oleh 2% dari populasi manusia di seluruh dunia yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang perbedaan umur, jenis kelamin, dan lainnya. Seseorang yang mengalami prosopagnosia mengaku merasa malu, bersalah, takut membangun hubungan sosial, memilih menutup diri, terbatasnya kesempatan kerja, dan kehilangan kepercayaan diri.
Pengobatan untuk menyembuhkan penderita prosopagnosia hingga saat ini belum ada. Penderita sering menggunakan isyarat visual non-wajah untuk membantu mengenali orang lain. Isyarat visual non-wajah dapat berupa pakaian, gaya rambut, bentuk sepatu, cara berjalan, suara, perilaku yang sering dilakukan, dan lainnya. Mempelajari isyarat tersebut sangat sulit terutama jika bukan mengenai orang terdekat (keluarga atau sahabat). Setiap orang akan mengalami perubahan tanpa disadari. Penderita memerlukan waktu lebih lama memulai mencatat dan menghafal perubahan baru tersebut.
Pada anak-anak penderita prosopagnosia bahkan jarang memiliki lingkaran pertemanan yang luas karena kesulitan mempertahankan hubungan dengan orang lain atau belum mampu menggunakan isyarat visual non-wajah dengan baik. Prosopagnosia di masa remaja akan menghambat perkembangan seseorang karena memiliki konsekuensi dari ketidakmampuan pengenalan wajah saat masih anak-anak, sulit melakukan pendefinisian ulang peran sosial, kurangnya pendewasaan hubungan dengan orang tua maupun teman sebaya, dan beradaptasi ekstra saat transisi sekolah. Prosopagnosia bisa menjadi penyakit yang berkelanjutan atau jangka panjang sehingga perlu meningkatkan kesadaran penderitanya. Dukungan dari keluarga atau orang terdekat dan pemberian fasilitas khusus dapat membantu penderita membentuk dirinya lebih baik.
Penulis : Sheren Rusiyanti
Editor : Shalikul Hadi