Porang merupakan tanaman umbi-umbian yang toleran terhadap naungan dan cocok dijadikan tanaman sela di antara jenis kayu-kayuan. Umbi porang terdiri atas umbi batang di dalam tanah dan umbi katak (bulbil) pada pangkal cabang atau tangkai daun. Umbi porang yang banyak dimanfaatkan adalah umbi batang yang bulat, besar, dan berwarna kuning kusam atau kuning kecokelatan (Sari dan Suhartati, 2015). Umbi porang berpotensi besar untuk dikembangkan karena profil gizinya yang dapat menguntungkan masyarakat.
Umbi porang memiliki glukomanan yang hampir mirip dengan glukomanan pada konjac, tetapi sifatnya lebih keras sehingga tidak dapat dipecah menjadi partikel halus (Yanuriati, et al, 2017). Pengolahan umbi porang menjadi tepung dapat meningkatkan kandungan glukomanan. Aryanti dan Abidin (2015) menyatakan bahwa tepung glukomanan porang putih dan tepung glukomanan porang kuning dengan pelarut air berturut-turut memiliki 73,7% dan 72,54% glukomanan. Glukomanan merupakan polisakarida alami yang dimanfaatkan dalam bidang klinis untuk menurunkan berat badan dan kadar kolesterol serta mendukung pengobatan konstipasi, diabetes, dan arteriosklerosis. Selain itu, efek terapeutik dan antitumor pada glukomanan juga banyak diteliti (Li, et al., 2019). Umbi porang mengandung lemak dengan kadar rendah. Di samping itu, umbi porang memiliki kadar kalsium oksalat dan alkaloid yang tinggi. Kristal kalsium oksalat berbentuk jarum sehingga dapat menyebabkan gatal dan panas pada tenggorokan dan lidah saat dikonsumsi. Melalui pendahuluan yang tepat sebelum pengolahan, seperti perendaman dalam larutan garam atau asam, sebagian besar kalsium oksalat dapat dihilangkan (Balitkabi, 2016).
Umbi porang dapat dimanfaatkan sebagai makanan yang rendah kalori, rendah gula, dan tinggi serat. Umbi porang dapat dijadikan mie, agar-agar, dan lain-lain. Tentu saja, dalam mengolah umbi porang menjadi makanan tersebut, penambahan bahan-bahan lainnya perlu diperhatikan agar tidak menghilangkan pengaruh maupun merusak tujuan pembuatan produk. Sebagai contoh, karena ditujukan sebagai makanan rendah kalori, rendah gula, dan rendah serat, pengolahan umbi porang menjadi mie sebaiknya menghindari gula dan lemak tambahan. Selain itu, perlu juga pembatasan penggunaan natrium agar efektivitas serat tidak menurun. Meski begitu, umbi porang dapat dikolaborasikan dengan bahan pangan lain untuk meningkatkan kandungan gizi pada produk olahannya. Misalnya, agar-agar umbi porang dikolaborasikan dengan sedikit ekstrak pandan wangi dengan tujuan meningkatkan sifat organoleptiknya (terutama penampilan, aroma, dan rasa). Ekstrak pandan wangi diasumsikan sesuai untuk ditambahkan karena memiliki efek antihiperglikemik, yakni menurunkan gula darah bila dikonsumsi (Chiabchalard dan Nooron, 2015). Efek antihiperglikemik ekstrak pandan wangi tersebut mendukung sifat glukomanan pada umbi porang yang juga dapat menurunkan kadar gula darah. Produk agar-agar umbi porang dengan ekstrak pandan wangi akan menguntungkan konsumen dengan diabetes.
Ide-ide terkait pemanfaatan umbi porang sebagai bermacam-macam makanan merupakan upaya mendukung diversifikasi pangan. Di samping itu, diharapkan umbi porang dapat dikembangkan seoptimal mungkin dalam rangka berpartisipasi dalam kemajuan pangan, ekonomi, dan kesehatan.