FKM NEWS – COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada bulan Desember tahun 2019 di Wuhan, China. Sejak saat itu virus ini terus menyebar ke seluruh dunia hingga menginfeksi lebih dari 83 juta orang, dan menyebabkan 1.3 juta orang meninggal dunia di penghujung tahun 2020. Di Indonesia kasus pertama COVID-19 terdeteksi pada bulan Maret 2020. Pada Februari 2021 kasus COVID-19 di Indonesia sudah lebih dari 1.2 juta kasus san 33.000 kematian.
Gejala COVID-19 sangat beragam mulai dari gejala ringan seperti demam, batuk, dan sesak nafas, hingga gejala berat pada kasus tertentu bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, sampai kematian. Namun, sebagian besar orang yang terinfeksi bisa sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki penyakit penyerta seperti darah tinggi, jantung, dan diabetes memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gejala berat apabila terinfeksi COVID-19.
Virus Corona yang menginfeksi semakin banyak orang merupakan sebuah ancaman bagi kehidupan manusia. Untuk menanggapi ancaman ini kita harus segera menemukan strategi penanganan yang tepat untuk melawan COVID-19. Namun sayangnya, saat ini masih belum ada vaksin atau obat yang 100% membuat tubuh kita kebal dari coronavirus. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan sebuah antivirus harus dipertimbangkan.
Temulawak Hitam (Curcuma aeruginosa) merupakan salah satu tanaman herbal yang bisa digunakan untuk menjadi bahan antivirus dari SARS-Cov-2. Penelitian sebelumnya sudah membuktikan bahwa temulawak hitam memiliki efek anti-asma, dan anti-radang yang sangat berguna apabila tubuh kita terinfeksi COVID-19. Temulawak hitam juga sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat herbal untuk penderita diabetes, penyakit liver, tumor, kanker, gastritis, asma, demam dan masih banyak lagi.
C. aeruginosa memiliki sepuluh senyawa kimia yang sudah terbukti mampu melawan COVID-19. Senyawa tersebut adalah 1,8-cineole (eucalyptol), α-terpineol, β-caryophyllene, β-eudesmol, β-pinene, β-sitosterol, curcumenol, palmitic acid, succinic acid dan zingiberene. Tiap senyawa ini diisolasi dan diujikan secara langsung terhadap protein COVID-19. Berdasarkan uji yang telah dilakukan eucalyptol dan zingiberene diyakini mampu menangkal SARS-Cov-2 dari tubuh kita, eucalyptol juga memiliki potensi untuk mengurangi peradangan jaringan yang masuk kedalam tubuh kita. Senyawa β-eudesmol, β-Pinene, β-Caryophyllene, β-Sitosterol, dan α-Terpineol dipercaya mampu menjadi penghambat SARS-Cov-2.
Dengan senyawa-senyawa yang menjadi kandungan temulawak hitam yang sudah diuji dan dipercaya mampu untuk menghambat SARS-Cov-2, ditambah dengan temulawak hitam yang merupakan tanaman asal Indonesia sehingga sangat mudah untuk ditemukan. Temulawak hitam bisa menjadi kandidat yang tepat dalam pengembangan obat antivirus baru untuk COVID-19. Namun, proses pengembangan tersebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Penulis: Christian Abraham Putra
Editor: Annisa Az Zahra