Prof. Dr. Hazreen Bahas Diet Study Dalam 52nd APACPH Pre-Conference Workshop

FKM NEWS – Berkesempatan menjadi penyelenggara 52nd Asia Pacific Academic Consortium for Public Health (APACPH), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menghadirkan berbagai serangkaian kegiatan. Salah satunya adalah kegiatan pre-conference workshop dengan tema diet study.

Kegiatan workshop tersebut sukses diselenggarakan pada Selasa (26/10/21) secara online melalui zoom meeting. Prof. Dr. Hazreen bin Abdul Majid dari University of Malaya, Malaysia hadir sebagai pembicara dalam workshop yang diikuti hingga 200 peserta itu.

Dalam pemaparan materinya, Prof. Hazreen membahas terkait beberapa hal, seperti tentang penelitiannya yang bernama The Malaysian Health and Adolescents longitudinal Research Team study (THE MyHeARTs), terkait temuannya dalam penelitian tersebut, terkait tools apa saja yang digunakan dalam penelitian serta terkait bagaimana cara untuk melangkah ke depan dengan melaksanakan intervensi dan penelitian kualitatif.

Menurutnya, diet adalah hal yang penting dalam gaya hidup dan tergolong sebagai determinan yang dapat dimodifikasi untuk menunjang kesehatan manusia. Tidak hanya itu, dia juga menjelaskan bahwa kekurangan gizi atau kelebihan gizi memiliki peran utama dalam masalah morbiditas dan mortalitas. Maka dari itu, lanjutnya, perlu adanya penilaian status gizi agar dapat meningkatkan kesehatan baik individu maupun kesehatan populasi di seluruh dunia.

Diet is the most important and modifiable lifestyle determinants of human health,” ucap Prof. Hazreen kepada seluruh partisipan workshop.

Kemudian, Prof. Hazreen juga menuturkan bahwa terdapat empat pendekatan utama dalam menentukan status gizi yaitu terdiri atas anthropometry, biomarkers, clinical assessment dan dietary assessment. Pada kegiatan workshop itu pula, Prof. Hazreen menjelaskan berbagai hasil penelitian yang telah terbit menjadi artikel publikasi. Beberapa judul artikelnya yakni Metabolic syndrome among 13 year old adolescent: prevalence and risk factrs, kemudian ada yang berjudul Vitamin D and Calcium Intakes, Physical Activity, and Calcaneus BMC among School Going 13-Year Old Malaysian Adolescents dan lain-lain.

Terakhir, Prof. Hazreen menyampaikan bahwa agar dapat mencapai kesuksesan salah satunya dalam penelitian terkait diet tersebut membutuhkan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Mereka adalah academics, health professionals, public and NGO with interest in health behavior change, schools serta pihak policy makers. (*)

Penulis: Dita Aulia Rahma