FKM NEWS – Mempunyai impian mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) sejak menjadi mahasiswa baru, Trisna Nurya Majid, mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) akhirnya bisa mewujudkan impian tersebut di tahun terakhirnya berkuliah. Pada tahun ini, dua Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang dikerjakannya berhasil lolos tahap pendanaan. Namun, hanya PKM-K berjudul “Jelantah Yuk: Startup Pengumpul Minyak Jelantah Berbasis Internet of Things Sebagai Upaya Pengurangan Limbah Minyak Jelantah” yang sanggup mengantarkannya hingga PIMNAS.
“Ketika tahu lolos PIMNAS itu kaget dan senang. Selain itu, aku bersyukur karena perjuangan untuk sampai di titik ini begitu panjang. PIMNAS ini juga merupakan impianku sejak maba dan alhamdulillah baru tercapai di semester 7,” ungkap Trisna pada Senin (04/10/21).
Lebih lanjut, Trisna menjelaskan bahwa “Jelantah Yuk” merupakan sebuah aplikasi yang dia rancang bersama tim untuk menjembatani masyarakat dalam mengumpulkan minyak jelantah. Ide awal pembuatan aplikasi muncul lantaran banyaknya minyak jelantah yang dihasilkan masyarakat dan berakhir dibuang secara sembarangan. Padahal, tambahnya, jika dibuang sembarangan maka minyak jelantah dapat berdampak negatif pada lingkungan.
Di lain sisi minyak jelantah bisa dimanfaatkan untuk hal lain yang berguna, misalnya digunakan untuk biodiesel dan lilin. Alasan lainnya, di lingkungan sekitar khususnya Surabaya belum terdapat suatu gerakan yang mengakomodasi terkait pengumpulan minyak jelantah.
“Jadi intinya masyarakat menjual minyak jelantah ke kami, kemudian kami membeli minyak tersebut dengan harga yang sudah ditetapkan untuk selanjutnya kami salurkan pada pihak pengelola minyak jelantah. Melalui aplikasi ini masyarakat juga akan mendapatkan beberapa fasilitas seperti jerigen dan fasilitas antar jemput,” tambahnya.
Kendala yang dialami Trisna dan tim selama mengerjakan PKM terletak pada pembuatan aplikasi. Untuk membuat sebuah aplikasi membutuhkan dana cukup besar apalagi jika aplikasi menggunakan fitur yang canggih. Guna menyiasatinya, Trisna dan tim membuat aplikasi standar yang setidaknya bisa digunakan masyarakat untuk menjual minyak jelantah, sehingga aplikasi tersebut masih perlu pengembangan lebih lanjut.
Apabila berbicara mengenai persiapan PIMNAS, Trisna menuturkan bahwa timnya sedang menjalani bimbingan untuk presentasi dan tanya jawab dengan pihak Kemahasiswaan Universitas Airlangga (UNAIR).
“Untuk PIMNAS nanti, kami harus presentasi, tanya jawab, mengumpulkan poster dan artikel ilmiah. Kalau sekarang sedang proses bimbingan presentasi dan tanya jawab dengan universitas hampir setiap hari,” ungkap Trisna.
Menurutnya, kunci lolos PIMNAS adalah kerja keras, jangan mudah menyerah dan konsisten menjalani setiap prosesnya mulai dari penyusunan proposal, pendanaan sampai tahap implementasi program. Ide PKM yang out of the box juga diperlukan agar dapat menarik reviewer meloloskan PKM milik yang dibuat.
Trisna berharap diberikan kelancaran dan hasil yang terbaik untuk PIMNAS nanti. Dia ingin program ini tetap berlanjut meskipun PKM telah selesai. (*)
Penulis: Annisa Awip Alvionita
Editor: Dita Aulia Rahma