RS Dr. Soetomo Kurangi Sampah Organik Dengan Budidaya Magot sebagai Pakan Ternak

FKM NEWS – Surabaya, Sabtu 10 Juni 2023, sebanyak 19 mahasiswa Magister Kesehatan Lingkungan Angkatan 2022 Universitas Airlangga melakukan kunjungan lapangan ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Kegiatan ini wajib diikuti oleh mahasiswa magister prodi kesehatan lingkungan dengan jumlah 19 mahasiswa dan didampingi oleh 2 dosen pembimbing, yaitu Ibu Dr. R. Azizah dan Ibu Lilis Sulistyorini, Ir. M.Kes. Tujuan kegiatan kunjungan lapangan ini untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa Magister Kesehatan Lingkungan dengan belajar langsung pada isntansi Rumah Sakit Dr. Soetomo.

Penyampaian materi disampaikan oleh Bapak Suhariyono, S.T., MM., M.KL. sebagai coordinator intalasi sanitasi di RS Dr. Soetomo, materi yang disampaikan terkait alur pengelolaan limbah cair di IPAL RSUD Dr. Soetomo, alur proses penanganan dan pemanfaatan sampah organik dapur gizi dengan larva BSF (Black Soldier Fly), alur pembuatan pupuk cangkang telur serta alur pembuatan masker dari membran cangkang telur. Beliau menjelaskan tim-nya memiliki beberapa produk inovasi yang dapat menambah pendapatan rumah sakit dari pemanfaatan sampah organik. Seperti, pupuk maggot (kasgot), produk makanan ikan, produk makanan burung, umpan pancing dari maggot pupuk, masker wajah, dan lain-lain.

Budidaya maggot tengah dikembangkan oleh Tim Instalasi Sanitasi RSUD Dr Soetomo, Melalui program ini, budidaya Maggot ini diyakini mengurangi volume sampah organik yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan di RSUD Dr Soetomo.

Bapak Suhariono menerangkan, maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh. Selama seminggu, jumlah larva yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) itu sudah siap panen. Dari mulai pembibitan bayi maggot hingga panen. Proses budidaya maggot hanya membutuhkan waktu 7 – 21 hari.

Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari. Gerombolan maggot ini hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk mengurai sampah organik. Berjejer beberapa petak budidaya maggot di area itu.

Tentu invoasi ini dapat dicontoh oleh khalayak umum untuk mengurangi volume sampah organik. Hal ini tentu mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) pilar 12 pembangunan lingkungan pada konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dengan target mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali.

Bapak Suhariono menyampaikan, selain bisa mengurai sampah organik, maggot memiliki nilai rupiah. Jangkauan pasar maggot adalah peternak lele, peternak ayam hingga peternak ikan hias.

Penulis : Oni Yanuar Rustandi