FKM NEWS-Keringat merupakan zat sisa yang dikeluarkan manusia sebagai bentuk respons alami tubuh, keringat merupakan cairan tubuh alami yang mengandung air, garam, dan lemak. Tubuh manusia memiliki tiga hingga empat juta kelenjar keringat yang tersebar di seluruh bagian tubuh. Terdapat dua macam kelenjar keringat di tubuh manusia antara lain kelenjar keringat ekrin yang tersebar di seluruh permukaan tubuh tetapi lebih banyak terdapat telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Keringat yang dihasilkan adalah air yang mengandung berbagai macam garam. Kelenjar ini berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh disaat kita sedang kepanasan maupun saat berolahraga, yang kedua yaitu kelenjar keringat apokrin yang menghasilkan keringat yang mengandung lemak. Kelenjar ini terutama terdapat pada ketiak dan sekitar alat kelamin. Aktivitas kelenjar ini menghasilkan bau karena aktivitas bakteri yang memecah komponen organik dari keringat yang dihasilkannya. Apabila ingin mandi setelah berkeringat banyak, tunggulah sejenak sebelum mandi dan gunakanlah air hangat ketika mandi.
Fungsi keringat sendiri yaitu mempertahankan suhu tubuh,melumasi kulit rambut dan membuang racun di dalam tubuh, selain itu, terdapat fungsi terbaru dari keringat yaitu mendeteksi adanya penyakit di dalam tubuh dengan menggunakan Biosensor.
Latar belakang penggunaan keringat sebagai media untuk mendeteksi adanya penyakit adalah keringat merupakan cairan tubuh yang mudah didapatkan daripada darah maupun cairan tubuh yang lainnya. Alat ini menggunakan metode pengumpulan keringat dengan berbagai media yang berbeda sesuai dengan penyakit apa yang ingin diteliti di analisa oleh Biosensor, alat ini juga mampu bekerja secara aktif maupun pasif dalam mengumpulkan keringat yang dibedakan menjadi 4 sistem yaitu passive collection (microfluidics), passive collection (hydrogel), active collection (iontophoresis), passive collection (hydrogel+microfluidics). Hasil deteksi dari alat ini yaitu diabetes, tuberculosis, hepatitis, bahkan stress serta skizofrenia dan lain-lain dapat dideteksi oleh alat tersebut berdasarkan substrat yang terdeteksi oleh alat tersebut.
Untuk kendala yang dihadapi saat ini yaitu alat ini merupakan prototype dimana masih memerlukan pengembangan lebih jauh lagi supaya alat ini layak digunakan dan lebih akurat, tingkat akurasi alat ini terbilang masih kurang akurat dikarenakan apabila terjadi perubahan substrat yang signifikan, maka alat ini kurang merespons perubahan tersebut.
Harapan kedepannya, alat ini mampu dikembangkan lebih baik lagi dan mampu menjadi perangkat elektronik yang mampu menunjang hidup manusia serta memudahkan manusia dalam mendiagnosis penyakit.
Sumber : (Nagamine & Tokito, 2021) Nagamine, K., & Tokito, S. (2021). Organic-transistor-based biosensors interfaced with human skin for non-invasive perspiration analysis. Sensors and Actuators B: Chemical, 349(September), 130778. https://doi.org/10.1016/j.snb.2021.130778
Penulis : Mochamad Akbar Raffsanjani
Editor : Diah Khrisma Putriana