FKM NEWS – Sanitasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara membudayakan hidup bersih melalui air yang bersih dari kotoran dan bahan buangan lainnya. Dalam mengupayakan SDG’s 6 akses air bersih dan sanitasi, Webinar Seri 1 bertemakan “Pembiayaan Air dan Sanitasi Melalui Micro Institution (MFI) dan Wirausaha Sanitasi (WUSAN)” yang diselenggarakan berkat kerjasama Dinas Kesehatan, PAMSIMAS, BKMP Universitas Airlangga (Geliat Santun), Water.org, dan UNICEF pada Selasa, 16 September 2021. Webinar ini dihadiri oleh 38 sanitarian di setiap kabupaten atau kota di Jawa Timur dan berbagai pemateri melalui platform Zoom Meeting dan live streaming di YouTube. Webinar ini mengupas habis mengenai akses dan pembiayaan sanitasi untuk memberikan fasilitas pembinaan dalam melakukan sanitasi yang baik. Harapannya, Webinar Seri 1 ini dapat menumbuhkan semangat bagi 38 sanitarian di setiap kabupaten atau kota di Jawa Timur untuk senantiasa menjalankan STBM dan meningkat kesehatan masyarakat.
Webinar ini diawali dengan sambutan oleh drg. Vitria Dewi, M.Si., selaku Kabid KesMas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, lalu Dr Santi Martini, dr. M.Kes., selaku Ketua Dekan FKM Unair. Disambung dengan sambutan sekaligus pembukaan acara oleh Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., kemudian dilanjutkan oleh beberapa penampilan berupa yel-yel dari Kabupaten Nganjuk, Tulungagung, dan Blitar. Sesi kedua dilanjutkan dengan talkshow oleh Pak Prachino Kurniawan, sebagai moderator, Pak Anang S. dari Bank UMKM JATIM dan Pak Masyudi dari BMT NU JATIM sebagai pembicara. Lalu, dilanjutkan kembali pada sesi ketiga, yaitu talkshow dengan topik pengenalan jenis-jenis usaha sanitasi yang berkiprah di Jawa Timur bersama Pak Suyanto dari Kabupaten Nganjuk, Dr. Koen Irianto Uripan, seorang pengusaha dan moderator sebagai pembicara dan Bu Corie sebagai moderator.
Menurut yang diungkapkan oleh Pak Masyudi dari BMT NU JATIM, selaku pemandu sesi talkshow kedua, pengajakan air bersih termasuk penyaringan air bersih dan saluran air bersih ke rumah-rumah melalui produk melalui BMT NU JATIM, itulah produk yang dilakukan oleh BMT NU JATIM selama ini.
“Tantangannya adalah literasi masyarakat mengenai sarana sanitasi dan mck masih rendah, kami harus memenuhi akses air bersih dan kredit jamban. Mendorong terjadinya investasi air bersih dan sanitasi di masyarakat, akses jalan atau geografi di setiap daerah yang tidak mudah.” Ungkap Pak Anang.
“Kita harus memastikan masyarakat lebih sehat dengan akses air minum yang aman.” Ucap Pak Prachino.
Menurut Pak Prachino, masyarakat masih resisten dengan pihak dari luar, misalnya masalah kesehatan dianggap sebagai urusannya sendiri, begitu pula sebaliknya. Bahkan, sempat terjadi penolakan ketika ada orang luar yang hendak menindak masalah sanitasi tersebut.
“Pembiayaan perorangan sampai 500 juta. Untuk pembiayaan kelompok 2,5 M. Biaya tersebut dialokasikan untuk jamban, kamar mandi. Di daerah timur paling banyak untuk kelompok, sedangkan untuk daerah tengah lebih banyak individu.” Ungkap Pak Anang.
“Dengan adanya pembiayaan air dan sanitasi, hal tersebut diharapkan menjadi salah satu bisnis yang mampu memberikan dampak positif penerapan tingkatan manusia yang akan berpengaruh pada sanitasi.” Tutur Pak Anang.
“Kita semua punya kepentingan yang sama dan punya tanggung jawab yang sama mungkin kita semua bisa kolaborasi dan bisa saling memberikan dukungan satu sama lain, baik puskesmas, bank UMKM, dan BMT.” Tutur Pak Prachino.
Pemerintah Jatim berharap semua masyarakat Jatim memiliki sanitasi yang layak sehingga tidak lagi bicara ODF pada tahun 2024 yang akan datang. Hal-hal yang telah didiskusikan bisa menjadi acuan, tidak cukup dengan galian tanah yang ditutup di atasnya, tetapi sarana yang lebih sehat. Kita bisa memberikan satu pilihan buat masyarakat.
Setelah itu, sesi webinar disambung dengan pemaparan pengalaman oleh Puskesmas Pamolokan wilayah kerja Dinas Kesehatan Sumenep KS ketika berkolaborasi dengan lembaga keuangan. “Awalnya ada inisiasi dari Puskesmas pada tahun 2016 collab dengan Bank BPRS di Sumenep KS sama water.org.” oleh Bu Eli.
Kerja sama (MoU) ini dilakukan mulai tahun 2016 hingga sekarang baik di Puskesmas daratan, maupun kepulauan Sumenep dan telah mencapai 60% lebih untuk akses desa kabupaten sanitasi yang layak.
“Puskesmas pamolokan wilayah kerja Dinas Kesehatan Sumenep KS dengan BPRS dalam pemicuan sharing dengan kita pemicuan kapan, di mana dan sebagainya.” Tutur Bu Eli.
Dilanjutkan dengan sesi ketiga webinar, yaitu talkshow dengan topik pengenalan jenis-jenis usaha sanitasi yang berkiprah di Jawa Timur bersama Pak Suyanto dari Kabupaten Nganjuk, Dr. Koen Irianto Uripan, seorang pengusaha dan moderator sebagai pembicara dan Bu Corie sebagai moderator. Pada sesi ketiga, Pak Suyanto menyebutkan bahwa beliau telah melakukan upaya ODF, yaitu ODF tercepat se-Asia Pasifik di satu desa dalam waktu 14 hari.
“Kemunculan pemicuan-pemicuan dan pergerakan kemudian muncullah cetakan jamban, tahun itu hanya murah sekitar 25.000. Kadang kala kita sulit pemicuan dengan kelestarian bagaimana mengelolah. Namun itu pun juga tidak bisa signifikan karena bank juga selektif. Tantangan 10% dibanding 100, tapi bisa membawa kami lebih baik dalam ODF, dan tidak lepas dari motivasi Pak Koen Irianto yang selalu mendorong kami agar lebih baik. ” Ungkap Pak Suyanto.
“Dari keluarga banyak yang kurang mendukung karena dirasa pekerjaan yang kurang baik (kotor-kotor) membuat jamban dan lainnya. Saya sangat suka mendokumentasikan kegiatan saya, apapun itu karena hal itu penting untuk karir saya. Suatu hari saya sanggup membangun 900 jamban. hal itu membuktikan antisipasi masyarakat yang tinggi. Jadi kantor kami walaupun jamban kantor yang lain ada ada ada ruang tamu ada ruang pelatihan ada bengkel di dalamnya. Bangsa kita butuh peran-peran entrepreneur yang mampu bertahan dan mencoba hal-hal baru.” ungkap Pak Koen.
Setelah itu disambung dengan Panelis, Pak Cecep dari Kabupaten Nganjuk dan Bu Nunung dari Kota Surabaya.
Baru-baru ini kabupaten Nganjuk mendapatkan PR tentang edikat sanitasi di daerahnya. Kabupaten Nganjuk, terutama sanitarian tidak hanya meliputi 1 pilar saja, tetapi beberapa pilar STBM sebanyak kurang lebih 55 pilar sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Pelaksanaannya melibatkan lintas sektor terkait kecamatan, kemudian Babinsa dan di seluruh desa di Kecamatan Jatikalen untuk melakukan penjualan. Wilayah itu mendapatkan Program Sejuta Juta, salah satunya adalah Kecamatan Jatibarang yang mendapatkan alokasi itu untuk beberapa desa.
Dana desa untuk kesehatan dialokasikan untuk pembangunan jangka kita. Dana ini merupakan advokasi kepada kepala desa. Pembuatan jamban ini akan melibatkan usaha agar kualitas sanitasi dapat memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak akan masuk sebagai informasi di desa.
Kecamatan jatikalen terdapat ada dua desa yang sudah di-hack dengan semua bangsa. Kemudian, status gizi yang selanjutnya adalah wilayah Jatikalen yang termasuk desa sasaran PAMSIMAS dari sukses Desa. Melalui program tersebut, Desa Jatikalen mendapatkan alokasi 7 desa, PPD selama 2 kali, serta pembangunan jamban dan tempat cuci tangan.
Bu Nunung juga mengungkap mengenai STBM yang dibangun. Terdapat tiga kelurahan yang belum ODF. Sebagian besar warga di wilayah kerja PKM Tembok Dukuh tinggal di bantaran sungai. Warga yang kurang mampu tidak dapat membangun jamban sehat. Adanya program dari APPSANI, tempat sekecil apapun mendapatkan solusi untuk pembangunan jamban sehat. Upaya ini dilakukan mulai pemicuan pada tahun 2015 dengan tetap melakukan monitoring dan evaluasi, kerjasama dengan APPSANI, serta bantuan dari tokoh masyarakat.
Penulis: GELIAT UNAIR