FKM NEWS – Dalam Rangka Memperingati hari Kanker Anak Sedunia 15 Februari 2021, Tobacco Control Support Centre (TCSC) Jawa Timur bekerja sama dengan Research Group Tobacco Control Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menyelenggarakan Konfrensi Pers.
Konfrensi pers yang berlangsug secara daring Selasa (23/02/2021) dikemas dalam dialog interaktif yang dipandu oleh Qonita Rachmah, S.Gz., M.Sc. bersama para narasumber Dr. Siti Rahayu Nadiroh, SKM., M.Kes., Dra. Arie Soeripan, M.M., dan Ike Widayanti.
Dalam sambutannya Dr. Santi Martini dr., M.Kes, selaku ketua TCSC Jawa Timur dan Dekan FKM UNAIR mengatakan kegiatan konferensi pers ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi prevalensi merokok di masyarakat. Dengan memperluas jaringan dan kerja sama dengan media massa diharapkan informasi yang disampaikan dapat mengedukasi masyarakat dan mengadvokasi pemerintah.
Indonesia menjadi salah satu dari lima negara dengan jumlah konsumsi rokok terbanyak di dunia. Berdasarkan Riskesdas 2018, tercatat prevalensi perokok penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 33,8 persen.
Dr. Siti Rahayu Nadiroh, SKM., M.Kes, selaku TCSC IAKMI Pengda Jawa Timur memaparkan materi asap rokok di masa pandemi dan dampaknya terhadap stunting. Menurut Dr. Siti Rahayu Nadiroh masa pandemi memungkinkan prevalensi merokok di lingkungan rumah meningkat yang menyebabkan tingginya prevalensi perokok pasif.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, tercatat lebih dari 158 juta terpapar oleh asap rokok di dalam rumah dan 13 juta di antaranya adalah anak berusia 0 – 4 tahun.
“Hal ini menjadi ancaman bagi tumbuh kembang balita, paparan asap rokok selama masa kehamilan maupun selama masa tumbuh kembang anak berhubungan dengan risiko kejadian stunting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak anak” Jelas Dr. Siti Rahayu Nadiroh.
Dra. Arie Soeripan, M.M, selaku WITT Jawa Timur menyampaikan materi bahaya asap rokok dan peran perempuan. Menurut Dra. Arie Soeripan asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok mengandung zat yang lebih berbahaya ketimbang asap yang dihirup oleh perokok.
“Asap perokok pasif turut menyerap lebih dari 4000 senyawa kimia, yang mana 250 jenis dikenal sangat beracun dan parahnya lebih dari 50 jenis dapat memicu kanker” Imbuhnya.
Dra. Arie Soeripan mengatakan peran wanita sangatlah penting, salah satunya dengan tidak memberi dukungan kepada perokok dalam bentuk apapun. Tidak memberi uang untuk membeli rokok, tidak memberi kesempatan kepada siapapun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak, dan memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga merupakan tindakan konkret untuk mencegah perilaku merokok di lingkungan rumah.
Ike Widayanti, salah satu anggota Aliansi Masyarakat Korban Rokok Indonesia Jawa Timur (AMKRI) berbagi pengalamanan terdiagnosa kanker laring karena terpapar asap rokok orang lain saat bekerja di tempat makan yang tidak menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR).
Akibat asap rokok tenggorokan Ike Widayanti harus dilubangi karena jalan napas sudah tidak berfungsi. Hidup berubah baik secara sosial dan ekonomi. Komunikasi menjadi terganggu karena tidak dapat berbicara dengan jelas sehingga harus didampingi keluarga.
“Berhentilah merokok sekarang juga selagi masih ada kesempatan jangan sampai asap rokokmu membunuh orang-orang disekitarmu dan mengakibatkan kecacatan seumur hidup” Pesan Ike Widayanti.
Penulis: Yasmin Nihayatun Nadzifah