FKM NEWS – COVID-19 merupakan penyakit menular yang menyerang sistem pernafasan, penyakit ini disebabkan oleh virus SARS-CoV 2, dimana kasus pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Kasus pertama positif COVID-19 yang terdeteksi di Indonesia terjadi pada 2 Maret 2020. Dari kasus tersebut, muncul kasus-kasus baru yang terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu menyebabkan banyak korban jiwa yang tidak dapat terselamatkan. Titik terang pun muncul, beberapa negara mulai melakukan riset untuk menemukan vaksin dalam melawan COVID-19. Mulai dari Sinovac, Astrazeneca, Sinopharm, Moderna, hingga Pfizer mempunyai tujuan yang sama untuk menjadi vaksin dalam rangka meningkatkan imun agar rantai penularan dapat terputus ataupun mencegah untuk tidak mengalami gejala yang lebih buruk akibat infeksi virus yang terjadi.
Indonesia bekerjasama dengan beberapa negara untuk memaksimalkan pasokan vaksin. Vaksinasi pun gencar dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah negara untuk berpartisipasi memerangi COVID-19. Adanya keterbatasan dalam hal supply, vaksinasi akhirnya dilakukan dengan beberapa tahap yang dimulai dari kelompok lansia, dewasa, hingga kemudian kelompok anak-anak. Kegiatan vaksinasi banyak dilakukan di berbagai tempat dengan menggandeng stakeholder sektor maupun lintas sektoral untuk bekerjasama dalam mengejar target 70% herd immunity.
Universitas Airlangga menjadi salah satu bagian yang mengadakan kegiatan vaksinasi. Bekerjasama dengan Ikatan Alumni Unair, kegiatan vaksinasi menyasar mahasiswa, alumni, tenaga pendidik, dan juga masyarakat setempat guna membantu meningkatkan cakupan vaksinasi. Begitupun dengan saya yang menjadi bagian dari penerima vaksin di Universitas Airlangga. Adapun penyebaran informasi vaksinasi yang dilakukan oleh Unair melalui media sosial, saya sendiri mendapatkan informasi melalui WhatsApp group kelas. Cara pendaftaran pun tergolong cukup mudah, hanya dengan mengisi google form dengan melengkapi beberapa data diri dan melampirkan scan berkas yang diperlukan. Proses vaksinasi COVID-19 tersebut dilakukan di Gedung ACC Kampus C Universitas Airlangga.
Pertama kali saya datang untuk melakukan vaksin dosis 1, sudah disuguhkan antrian panjang mengular. Banyaknya peserta yang mengantri membuat kondisi semakin berdesakkan, untungnya petugas vaksinasi tanggap segera untuk merapikan antrian agar tetap menjaga jarak. Sayangnya, tempat untuk mengantri tidak berada di tempat yang teduh, sehingga banyak peserta yang mengeluhkan tempat terasa panas. Sesampainya pada loket konfirmasi ternyata petugas yang berjaga hanya sedikit. Tak heran jika ternyata terjadi antrian yang begitu panjang. Setelah selesai di loket konfirmasi, peserta diarahkan untuk duduk di tempat yang disediakan, disini peserta menunggu untuk dipanggil nomor yang telah diberikan di awal sebelum akhirnya dapat masuk ke gedung. Satu per satu peserta dipanggil, hingga nomor saya akhirnya terpanggil. Sebelum masuk gedung, peserta disuruh untuk mencuci tangan terlebih dahulu atau menggunakan hand sanitizer yang telah disediakan.
Di dalam gedung, sudah banyak vaksinator yang siap untuk membantu proses vaksinasi, yang saya amati vaksinator banyak berasal dari mahasiswa koas prodi kedokteran ataupun mahasiswa profesi keperawatan. Sebelum dilakukan vaksin, peserta di-screening terlebih dahulu kesehatannya, seperti pengukuran suhu badan, tekanan darah, dan menanyakan rekam medis singkat terkait penyakit yang telah atau sedang dialami. Kemudian, selanjutnya peserta diarahkan untuk melakukan proses vaksinasi. Sejauh yang saya rasa petugas vaksinator sudah sangat baik dan ramah dalam melayani peserta. Setelahnya peserta disuruh menunggu untuk proses observasi. Namun, proses observasi yang seharusnya hanya membutuhkan waktu selama 15 menit, ternyata harus menunggu cukup lama lagi sekitar 1 jam-an, dikarenakan harus mengantri untuk proses memasukkan data bahkan kondisi saat itu juga sempat terjadi kerumunan peserta. Hal ini sangat disayangkan, proses vaksinasi yang seharusnya tidak membutuhkan waktu yang lama ternyata harus terhambat dengan proses administrasi.
Belajar dari kesalahan dan bertumbuh melalui proses. Kalimat tersebut cukup menggambarkan bagaimana proses vaksinasi dosis 2 di Universitas Airlangga. Pada vaksinasi dosis 2, proses berjalan cukup cepat, lebih baik, dan lebih tertata. Tidak ada antrian yang panjang, karena petugas loket konfirmasi tersedia cukup banyak, pemanggilan nomor peserta juga cukup cepat. Waktu observasi pun juga hanya perlu 15 menit saja, setelahnya form yang dipegang peserta akan dimintai oleh panitia. Peserta tidak perlu lagi menunggu untuk penginputan data, sebab panitia akan menghimpun terlebih dahulu form peserta, yang nanti akan diinput kan tanpa perlu ditunggui oleh peserta lagi.
Ditinjau dari 11 Basic Requirement for sound Primary Health Care (8A’s dan 3C’s), berdasarkan pengalaman yang saya rasakan saat proses vaksinasi di Universitas Airlangga masih kurang dalam Acceptability. Pengalaman yang prosedur yang kurang tertata sewaktu memperoleh dosis 1 dapat membuat seseorang enggan lagi untuk melakukan vaksinasi dosis 2. Beruntungnya, proses vaksinasi dosis 2 di Universitas Airlangga menjadi lebih baik. Namun, jika program vaksinasi dilihat dari berbagai pelayanan kesehatan primer di Indonesia, hal ini masih kurang dalam hal Adequacy dan Availability yang dimana kemampuan dalam memberikan layanan vaksinasi harus dilakukan secara bertahap, bahkan di beberapa tempat harus menunggu supply dari pemerintah padahal banyak masyarakat yang telah menunggu untuk vaksinasi. Selain itu, aspek Accessibility juga berpengaruh, dimana akses vaksinasi di beberapa daerah khususnya pedesaan masih kurang.
Penulis: Elok Dwi Sulistiani
Editor: Vina Himma