FKM NEWS – Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi telah berkembang secara pesat hingga mencapai tingkat gen, yang dikenal dengan nutrigenomik dan nutrigenetik. Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari interaksi nutrien dalam memengaruhi aktivitas genetik, sedangkan nutrigenetik adalah ilmu yang mempelajari interaksi gen dalam memengaruhi aktivitas nutrien. Dalam nutrigenomik sendiri, baik nutrien maupun senyawa fitokimia dapat memengaruhi aktivitas gen lewat dua cara, yaitu mengaktifkan atau menonaktifkan gen sehingga kedua hal ini dapat menimbulkan dua aksi seperti peningkatan dan penurunan sintesis protein spesifik.
Penerapan nutrigenomik telah dilakukan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang olahraga. Nutrien dan senyawa fitokimia diteliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap performa atlet. Hasilnya, ditemukan bahwa berbagai nutrien dapat memengaruhi performa dari atlet, tanpa mengesampingkan berbagai faktor lain seperti intensitas dan durasi latihan, gaya hidup sehat atlet, dan lain-lain.
Kafein, salah satu senyawa fitokimia yang banyak ditemukan dalam teh, kopi, dan cokelat, sedang marak diteliti pengaruhnya terhadap performa atlet. Kafein umumnya digunakan sebagai peningkat performa atlet dan alat bantu ergogenik dalam bentuk tablet terkafenasi, gel, atau permen kunyah. Kafein akan mengalami metabolisme di dalam tubuh oleh enzim CYP1A2 yang dikode oleh gen CYP1A2. Namun, terdapat perbedaan aktivitas enzim CYP1A2 pada tiap individu sehingga terdapat individu yang mampu memetabolisme kafein dengan cepat atau dengan lambat. Pada kasus ini, individu yang lambat dalam metabolisme kafein memiliki genotip AC atau CC dan pada individu yang mampu memetabolisme kafein secara cepat memiliki genotip AA. Individu dengan genotip AC atau CC memiliki risiko infark miokardial, hipertensi, dan pre-diabetes yang lebih tinggi daripada individu dengan genotip AA. Adanya perbedaan genotip yang mengatur kecepatan metabolisme protein dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan intervensi pada atlet untuk meningkatkan performanya.
Atlet dengan alel AA memiliki kemampuan mencerna kafein yang lebih cepat daripada atlet yang memiliki alel C pada pemberian dosis 400 mg kafein saat kondisi kuran tidur. Atlet dengan genotip AA yang diberikan intervensi kafein mengalami peningkatan performa dan kecepatan respon lebih tinggi daripada atlet dengan genotip AC atau CC yang tidak mengalami efek atau gangguan dalam performa dan kecepatan respon akibat konsumsi kafein. Hal ini menyebabkan atlet dengan alel CC diusahakan agar tidak mendapatkan intervensi kafein sedangkan intervensi kafein sangat disarankan pada atlet dengan alel AA.
Tidak hanya kafein, berbagai nutrien dan senyawa fitokimia lainnya dapat mempengaruhi aktivitas gen seperti vitamin A, vitamin B12, vitamin C, zat besi, asam folat, dan lain-lain. Diperlukan penelitian nutrigenomik lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh nutrien dan senyawa fitokimia tersebut dalam performa atlet yang dipengaruhi oleh gen. Dengan adanya penelitian lanjutan, diharapkan hasil tersebut dapat diaplikasikan pada atlet-atlet yang ada untuk meningkatkan performa dan mencetak prestasi.
Penulis : Adelia Sephia
Editor : Diah Khrisma Putriana