Program studi Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) adakan webinar yang membahas mengenai Implememtasi K3 RS di Masa Pandemi COVID-19. Narasumber dalam kegiatan kuliah tamu alumni ini adalah Azwar Hamid, S.T., M.KKK, Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana, RSUD Saiful Anwar Malang. Webinar ini dilaksanakan pada hari Sabtu, (19/06/2021) pukul 10.00 WIB. Dalam webinar tersebut membahas lebih dalam mengenai implementasi K3 rumah sakit di masa pandemi COVID-19, manajemen risiko biological hazard di fasilitas layanan kesehatan, dan implementasi K3 rumah sakit di RSUD Saiful Anwar, Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk sharing pengalaman terkait manajemen risiko yang dilakukan pada RSUD Saiful Anwar Malang. Topik yang dibahas dalam webinar ini sangat berkaitan dengan SDG’s poin ketiga terkait human and health, health risk serta mental health, serta SDG’s poin ke-8 yaitu lingkungan kerja yang aman.
Dalam webinar tersebut dipaparkan bahwa Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) termasuk rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang padat karya dan berisiko tinggi. Kejadian kecelakaan kerja di fasyankes dianalogikan seperti gunung es bahwa biaya yang terlihat lebih kecil daripada biaya yang tidak terlihat. Kondisi K3 pada implementasinya yaitu K3 belum mendapatkan perhatian yang memadai oleh semua pihak, angka kecelakaan kerja masih tinggi, relatif rendahnya komitmen pimpinan terhadap K3, K3 masih dianggap sebagai high cost, kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3, serta tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja.
Narasumber juga menjelaskan mengenai standar K3RS berdasarkan Permenkes No. 66 Tahun 2016 meliputi manajemen risiko K3RS, keselamatan dan keamanan di rumah sakit, pelayanan kesehatan kerja, Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan kesehatan kerj, pencegahan dan pengendalian kebakaran, pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja, kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Selain itu, beliau juga membahas mengenai point dalam MFK (SNARS 1.1), terkait proses manajemen risiko. Manajemen risiko dimulai dari identifikasi risiko. Identifikasi Bahaya di RS bisa melalui cara proaktif dan reaktif. Cara proaktif meliputi self asessment, telusur lapangan, survei, clinical care review, audit medis, occurrence screening, dan medical record review. Tools yang digunakan bisa meliputi HIRA, FRSA, HSI, PCRA, ICRA, FMEA, JSA, dll. Sedangkan, cara reaktif meliputi laporan insiden, tracing, case report, complaint, dan claim data. Metode yang paling umum digunakan untuk identifikasi bahaya meliputi see, think, dan do. Manajemen risiko pada tahap kedua meliputi analisis risiko untuk menilai risiko, dilanjutkan kegiatan formulasi risiko, evaluasi risiko, dan dilanjutkan pengendalian risiko, serta monitoring dan evaluasi. Risk register pada rumah sakit sebagai contoh manajemen risiko juga dipaparkan dalam acara ini.
Pengendalian risiko pada RSUD Saiful Anwar Malang yang dipaparkan lebih mengarah ke pengendalian teknik seperti sistem pengendalian asap kebakaran, sarana pengendalian kebakaran, sarana keselamatan B3, pengelolaan B3. Menurut narasumber PR di masa pandemi ini yaitu asuransi/jaminan ketenagakerjaan bagi pegawai/peserta didik/siapapun yang berada di RS. Di RS juga dilakukan tracing dan treatment, return to work bagi penyintas (regulasi nasional/internal), bina mental dan rohani bagi petugas yang terkonfirmasi positif COVID-19. Pengelolaan peralatan medis selama pandemi hampir semua utilitas kebutuhannya meningkat meliputi gas medis (O2), steam/uap, air bersih, limbah padat/cair, tambahan opsi manajemen risiko (APD) bagi petugas/teknisi.
Penulis: Rizqy Kartika Sari, Syifa Ula Hamida, Ahmad Ridhani
Editor: Vina Himmatus S