Cerita Aisyah, Finalis di PIMNAS Ke-33

FKM NEWS- Siapa sangka di tahun 2020 hingga sekarang, seluruh kegiatan akademik dan non-akademik harus
dilakukan secara daring akibat pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan perubahan yang cukup terasa
bagi mahasiswa, terlebih mereka yang harus mengikuti perkuliahan dan kegiatan ekstrakurikuler. Tahun
2020 menjadi tahun pertama dalam sejarah bahwa PIMNAS akhirnya harus diselenggarakan secara
daring. Universitas Gajah Mada pun dipilih menjadi tuan rumah penyelenggara PIMNAS 33 secara online
pada tanggal 24-29 November 2020.

Gambar: Poster BitaSeed Patch Dalam PIMNAS 33

Sebagai salah satu delegasi Universitas Airlangga pada bidang PKM-K, persiapan PIMNAS tahun ini terasa
jauh lebih menantang dibandingkan lomba-lomba yang saya ikuti sebelumnya. Bukan hanya waktu
persiapan yang lebih lama, namun adanya sistem lomba secara online mengharuskan saya dan tim untuk
bekerja ekstra dalam menyiapkan presentasi, poster, maupun video luaran PKM. Tim Bitaseed, begitulah
biasanya tim kami dipanggil oleh para dosen TPK, merupakan tim PKM-K yang terdiri dari beberapa latar
belakang studi mahasiswa yang berbeda. Ada Affan Al Habsy dari FISIP, M. Wahyu Syafi’ul dari FST,
Salsabila dari FF, dan saya sebagai satu-satunya warga FKM di tim ini. Dengan bimbingan Dr. Bambang
Purwanto, dr., M. Kes., kami berusaha sekeras mungkin untuk mempersembahkan hasil maksimal saat
PIMNAS.

Tantangan terbesar yang saya rasakan selama PIMNAS 33 ini adalah sulitnya berkomunikasi antar
anggota kelompok maupun dosen secara daring, walaupun dewasa ini teknologi komunikasi sudah
berkembang sangat pesat. Perbedaan jadwal kuliah antar anggota biasanya menjadi penyebab utama
tim saya sedikit “memanas”. Sebuah hal yang biasa memang, bahwa di tiap lomba berkelompok akan
selalu ada masa kami mengalami up and down. Setelah sekitar 3 minggu mempersiapkan yang terbaik
untuk Universitas Airlangga, kami akhirnya sampai ke hari dimana kami bisa memperlihatkan hasil kerja
keras kami. 24 November, tim Bitaseed mengikuti technical meeting yang diselenggarakan
secara daring. Barulah esok harinya, kami dijadwalkan untuk presentasi di kelas PKM-K. Sistem
pengundian tiap kelompok yang maju ternyata sangat menguras energi kami saat lomba. Dalam satu
kelas, biasanya terdapat 20 atau lebih kelompok yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di
Indonesia. Dan untuk menentukan kelompok mana yang akan maju, digunakan sistem undian yang
berarti kami tidak pernah tahu secara pasti kapan dan urutan berapa kelompok kami akan presentasi.
Ternyata, tim Bitaseed ditakdirkan untuk presentasi di hari kedua.

Foto: Aisyah (gaun biru) saat menjadi finalis duta Unair tahun 2018.

Presentasi kami lalui secara lancar, dan pertanyaan juri pun mampu kami jawab dengan baik. Saya ingat betul hari itu, pembimbing kami mengatakan sesuatu yang mungkin akan saya ingat sampai kapanpun: Ikhtiar dan berusahalah
semaksimal mungkin, tapi kalian harus tahu bahwa yang menentukan hasil hanya Tuhan dan kewajiban
kalian adalah belajar untuk menjadi lebih baik kedepan. Dari situ, saya memahami bahwa nilai
terpenting dari sebuah lomba tidak terletak pada seberapa bagus juara yang diraih, tapi seberapa
banyak pembelajaran yang bisa diambil. Pada hari terakhir, 26 November 2020, kami akhirnya melihat
satu persatu pengumuman PIMNAS 33. Ternyata tim kami tidak ada di daftar pemenang. Kecewa? Pasti.
Hasil itu bukan merupakan hasil yang sesuai ekspektasi awal kami. Tapi saya pribadi merasa sangat
beruntung bisa belajar untuk tetap produktif sebagai mahasiswa di kala pandemi. Pengalaman ini
menjadi pelecut bagi saya untuk menjadi lebih baik, dan juga menjadi pengingat bahwa situasi yang
tidak nyaman karena pandemi tidak boleh menjadi penghalang mahasiswa untuk tetap produktif.

Diceritakan oleh: Aisyah Putri Rahvy (Mahasiswa FKM Unair, Finalis PIMNAS 2020)
Editor: Ilham A. Ridlo