Focus Group Discussion (FGD) dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Rangka Studi Kasus dan Pembelajaran Baik Stunting di Provinsi

FKM NEWS – Selasa (08/15/2023) Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang anak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang. Stunting dapat dilihat dari lahir, biasanya ditandai dengan bayi BBLR dan dapat terlihat hingga bayi berusia 2 tahun. Stunting dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu genetik, lingkungan (melalui PHBS; ketersediaan air bersih berhubungan dengan penyakit infeksi seperti diare), akses fasilitas kesehatan, dan perilaku (pola asuh dan pola makan yang belum tepat). Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4% dan pada tahun 2022 sebesar 21,6% diharapkan pada tahun 2024 prevalensi stunting dapat turun menjadi 14%. Target prevalensi stunting di Jawa Timur sebesar 16,8%. Dalam rangka Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh BKKBN di Hotel Grand Dafam bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi berdasarkan evidence-based melalui pendekatan kewilayahan dan tersedianya rekomendasi kebijakan untuk penurunan stunting di Jawa Timur khususnya pada Kampung KB.

Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dihadiri oleh perwakilan dari beberapa instansi, yakni BKKBN Provinsi Jawa Timur, KK Jawa Timur, STKIP Pacitan, OPD-KB Kota Surabaya, OPD-KB Kabupaten Pamekasan, Mahasiswa Universitas Airlangga, dan Mahasiswa MBKM Universitas Negeri Surabaya. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala BKKBN Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM., kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan FGD.

Materi pertama dalam kegiatan FGD ini yaitu praktik dan inovasi penurunan stunting melalui Kampung Keluarga Berkualitas di Desa Bettet, Kecamatan Pamekasan. Pelaksanaan Kampung KB dimanfaatkan sebagai wadah dan pendorong pemberdayaan masyarakat dalam menggerakkan potensi warga untuk mengatasi masalah masyarakat terutama stunting. Terdapat beberapa program yang dilaksanakan, dua diantaranya adalah KOPI (Kolaborasi, Partisipasi, dan Inovasi) dan Peka Ranting (Penguatan Kampung KB sebagai Upaya Penurunan Stunting).

Materi kedua dalam kegiatan FGD ini adalah Policy Brief Penurunan Stunting di Kota Surabaya. Program kerja yang dilakukan yaitu Kampung KB dan Sekolah Calon Pengantin. Sekolah calon pengantin bertujuan untuk menganalisis calon pengantin dan menghindari adanya kasus anak melahirkan anak. Kesiapan calon pengantin dalam segala aspek sangat penting untuk diketahui. Maka dari itu, perlu dilakukan medical check up, tes mengenai pengetahuan untuk parenting dan persiapan kehamilan pada calon pengantin. Tidak hanya pada calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki juga harus diintervensi karena pasangan laki-laki berperan penting dalam mengatasi stunting. Pada laki-laki yang sudah menikah dan memiliki anak dapat diintervensi melalui program Bapak Asuh Anak Stunting. Pencatatan program Bapak Asuh Anak Stunting ini sudah tersedia di aplikasi “Gotong Royong”.

Dalam pelaksanaan program, diperlukan advokasi dana dan mengoptimalkan peran dari sumber daya karena adanya dana sangat penting dalam mengatasi stunting. Selain itu, perlu dilakukan intervensi ekonomi keluarga, mengingat bahwa penyebab utama stunting adalah kemiskinan kronik. Hal terpenting yang perlu dilakukan juga yaitu penguatan KIE (salah satunya melalui posyandu), optimalisasi program sekolah parenting melalui SOTH (Sekolah Orang Tua Hebat), dan optimalisasi kinerja TPK. Tidak terlepas dari lingkup masyarakat juga perlu dilakukan penguatan modal sosial budaya dengan tokoh agama atau tokoh yang berpengaruh dan dipercaya di wilayah tersebut.

 

Penulis: Sri Dewi Tiara dan Risdania Rifqa Afrida