Hasil Studi: Pengelolaan Limbah Popok Sekali Pakai Mengkhawatirkan

Surabaya, 13 September 2022 – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga bersama Wahana Visi Indonesia hari ini memaparkan hasil penelitian yang bertujuan untuk menganalisis determinan perilaku pembuangan feses (tinja) dan popok balita sebagai upaya pengelolaan feses dan diaper yang aman dan sehat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

  1. Penggunaan Diaper/Popok yang mayoritas digunakan adalah Diaper/Popok Sekali Pakai.
  2. Perilaku Pembuangan Diaper sebagaian besar masih membuang diaper dan feses bersama di tempat sampah namun sudah banyak juga dijumpai perilaku pembuangan diaper yang aman yaitu membuang kotoran ke jamban terleih dahulu lalu mencuci diaper dan dibuang ke tempat sampah.
  3. Persepsi (keseriusan, kerentanan, dan manfaat) terhadap perilaku pembuangan feses dan diaper yang aman dan sehat berada pada kategori cukup. Sementara, untuk persepsi hambatan berada pada kategori baik.
  4. Pendidikan memiliki hubungan dengan persepsi keseriusan dan pengetahuan memiliki hubungan dengan persepsi manfaat terhadap perilaku pembuangan feses dan diaper yang aman dan sehat.
  5. Tidak ada program dan regulasi yang mengatur terkait pembuangan diaper, selama ini hanya ada program dan regulasi mengenai pengelolaan sampah.
  6. Metode penyampaian materi melalui sosialisasi berbentuk ceramah. Media yang terbaik adalah praktik langsung beserta buku dan poster sebagai bahan. Media eketronik seperti video di whatsapp juga bisa menjadi pilihan.

Corie Indria Prasasti, Ketua tim peneliti yang juga merupakan dosen dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menjelaskan bahwa masyarakat cenderung membuang popok atau diaper sekali pakai yang mengandung feses (tinja) ke tempat sampah atau dibuang sembarangan. Hal ini menyebabkan limbah popok bekas akan berserakan karena dirusak oleh binatang, atau dihinggapi lalat, dan berpotensi mencemari lingkungan.

Untuk itu, Ia menegaskan perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan ibu mengenai upaya meminimalisir penggunaan popok dengan meningkatkan penggunaan popok kain sebagai alternatif pengganti popok. Selain itu, masyarakat juga perlu mendapatkan edukasi mengenai toilet training sehingga dapat mendorong penurunan jumlah popok yang dipakai serta pengeluaran kebutuhan popok.


“Masyarakat juga perlu mengetahui tentang bahaya bahan kimia dalam diaper atau popok. Untuk itu, perlu adanya pengembangan strategi intervensi daur ulang diaper sebagai media tanam, dan penyediaan Tempat Pembuangan Sampah khusus diaper,” ungkap Corie. Hal senada diungkapkan oleh Ayu Siantoro, Spesialis Penelitian dan Inovasi WVI. Menurutnya peran lintas sektor termasuk CSR perusahaan diaper dalam upaya sinergisitas program pengelolaan limbah feses balita dan diaper yang aman perlu lebih ditingkatkan. “Para produsen diaper dapat memberikan konten edukasi tentang perlunya cara pengelolaan diaper yang aman kepada konsumen. Selain itu, pemerintah setempat dan dinas terkait juga kami dorong untuk menyediakan fasilitas khusus diaper, mulai dari pemilahan, TPS, hingga pengangkutan, serta menyusun regulasi tentang penanganan limbah diaper dalam rumah tangga yang aman,” tegas Ayu.

Ke depannya, Fakultas Kesehatan Masyarakat bersama Wahana Visi Indonesia akan memfasilitasi kolaborasi pihak-pihak yang peduli akan sanitasi (LSM lingkungan, Akademisi, Asosiasi Profesi, Industri) bersama pemerintah menyusun strategi pengelolaan sampah diaper di Kota Surabaya sebagai upaya menciptakan Kota Surabaya yang sehat. Hasil kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi bentuk edukasi perubahan perilaku pengelolaan feses dan diapers yang aman dan sehat serta merumuskan strategi pengelolaan sampah diaper di Perkotaan.
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sasaran dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kota Surabaya dengan karakteristik yang sesuai prioritas dan kelompok dalam mempengaruhi intervensi perubahan perilaku membuang popok yang aman. Variabel penelitian ini yaitu perilaku pembuangan feses (tinja) dan popok balita. Sedangkan, variabel independen dalam penelitian ini yaitu karakteristik masyarakat (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan), kondisi geografis, jenis popok, persepsi (perceived seriousness, perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers), dan strategi intervensi.


Perilaku membuang feses (tinja) dan popok secara aman pada masyarakat masih sangat rendah. Berdasarkan data Riskesdas 2018, menunjukkan bahwa di Indonesia, proporsi penanganan feses (tinja) balita di rumah tangga yang dibuang sembarang yaitu sebesar 33% pada masyarakat pedesaan, dan sebesar 34% pada masyarakat perkotaan. Selain itu, survei yang dilakukan oleh Ecoton pada tahun 2019, menyebutkan bahwa 60% sampah yang ditemukan di Kali Surabaya adalah Popok Bayi dari berbagai merek.
Pengelolaan limbah popok sekali pakai yang tidak tepat menjadi prioritas masalah kesehatan global karena telah mengakibatkan akumulasi patogen tinja dan bahan yang tidak dapat terurai di lingkungan. Apabila tidak dikelola dengan baik juga akan berdampak pada keamanan air minum, serta kontaminan kimia dan fisik yang dapat membahayakan manusia, hewan (domestik dan satwa liar), tanaman, dan kesehatan lingkungan. Limbah tinja anak di diaper merupakan masalah kesehatan lingkungan yang utama meskipun akses terhadap fasilitas sanitasi dan produk sanitasi telah meningkat di Indonesia.

Diaper;
diminati dan diuber, sampahnya meluber, isunya kian santer, bagaimana solusi bersama agar ramah lingkungan dan saniter?